Selasa, 19 Mei 2020

NASEHAT UNTUK PARA PEMBAWA BERITA VIRUS CORONA


بِسمِ اللّٰهِ، الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَحْدَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَن لَا نَبِيٍّ بَعْدَهُ، وَبَعدُ

Sungguh kita tidak menginginkan adanya pemberitaan dalam setiap hari yang kena virus corona dan yang positif sekian dan sekian, terlebih pemberitaan tentang orang-orang yang di masjid. Sebelum virus corona menyebar sering kita dengar ada yang shalat tiba-tiba wafat, ada yang sedang sujud dan ada yang langsung terjatuh, ada yang ketika akan keluar dari masjid langsung terjatuh lalu wafat. Ternyata semua karena memiliki riwayat penyakit, ada yang sakit karena serangan jantung, ada pula karena sakit paru-paru, dan lain sebagainya. Namun ketika diisukan menyebar virus corona, jangankan yang mati di masjid, yang sehatpun dipermasalahkan. Keadaan diperkeruh dan suasana dibuat berkabut sehingga yang keluar rumah untuk shalat berjamâ'ah ke masjid dianggap berdosa, yang keluar karena kerja tidak apa-apa dengan alasan darurat, yang tetap keluar ke masjid dianggap Jabariyyah dan khawârij.
Kalaupun seandainya benar bagi seseorang positif virus corona dengan uji pasti sesuai alat yang akurat dan teruji kebenarannya sesuai standar Internasional maka belum tentu juga dia akan mati, karena penyebab kematian karena virus corona itu didukung oleh lemah mental, ketakutan dan kesedihan. Betapa banyak orang yang sakitnya ringan namun karena mental lemah, rasa takut atau rasa sedih membuatnya bertambah parah sakitnya.
Kita sudah banyak saksikan bahwa yang memperparah keadaan seseorang itu karena mentalnya, rasa takutnya dan rasa sedihnya. Dahulu kita saksikan pada perang Dammâj di Yaman banyak yang terluka parah namun dapat bersabar, seperti yang terkena percikan basoka mengenai jidatnya hingga berlubang tetap tabah dan tenang, diangkat beberapa orang malah tidak merasa tenang, hingga milih jalan kaki sendiri ke klinik yang jauh dari perbatasan. Demikian pula seorang anak remaja yang ikut membantu kami dalam penggalian parit, terkena peluru sniper pada ibu jari tangannya hingga tergantung ibu jari tangannya, dia dalam keadaan tenang, hingga tangannya dibungkus sendiri dengan plastik merah lalu jalan sendirian ke klinik yang jauh dari perbatasan tempat menggali parit, tanpa ada suara keluhan atau jeritan kesakitan, dan masih sangat banyak kita saksikan, itu terjadi dengan Izin Allâh dan karena sebab menekan rasa sedih dan ketakutan. 
Adapun yang bermental lemah atau ketakutan maka tidak bisa banyak berbuat. Sekarangpun seperti itu, banyak orang ditimpa kesedihan dan ketakutan penyebabnya karena pemberitaan yang bebas dan aktif, kalau beritanya teruji kebenarannya dengan teratur, berantai, berurut dan alat ujinya akurat sesuai standar Internasional mungkin masih bisa diandalkan namun kalau hanya di sini sudah kena dan di sana juga kena, total sekian dan sekian maka mohon pemberitaan ini dihentikan, cukuplah ketidakjelasan pada seseorang dinyatakan positif virus corona, ternyata setelah diperiksa ulang hasilnya negatif. Cukup ini sebagai tanda tanya? Semoga dapat diambil pelajaran, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

"Cukuplah bagi seseorang sebagai pendusta ketika dia menceritakan terhadap setiap apa yang telah dia dengar."
Dan pada pemberitaan yang berkaitan dengan virus corona sekarang ini justru memperkeruh keadaan dan menambah ketakutan pada sebagian orang yang sudah terbiasa hidup sejahtera, bahkan sudah banyak unsur kezhaliman, banyak jamâ'ah masjid yang terzhalimi, yang mereka sehat lalu dinyatakan postiflah kemudian diisolasi setelah itu di bawah ke Wisma Atlit, dibiarkan beberapa lama kemudian diperiksa ulang ternyata negatif. Belum lagi berbagai vonis, berdosalah yang ke masjid, Jabariyyahlah yang ke masjid, khawârijlah yang ke masjid dan ejek-ejekan serta olok-olokan kepada yang tetap berjamâ'ah di masjid, maka hendaklah yang berbuat zhâlim mengintropeksi diri dan lebih mengingat perkataan Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

"Takutlah terhadap doa orang yang dizhalimi karena sesungguhnya tidak ada di antaranya dan di antara Allâh penghalang."
Bukanlah yang kita takutkan sekarang ini adalah virus corona, namun yang kita takutkan adalah bertambah menyimpang dari kebenaran dan semakin berlarut-larut dalam kesalahan akan tetapi merasa berbuat yang terbaik, berkata Abû Bakr Ash-Shiddîq Radhiyallâhu 'Anhu:

لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلاَّ عَمِلْتُ بِهِ، فَإِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيغَ

"Tidaklah aku meninggalkan sesuatupun yang dahulu Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam beramal dengannya kecuali aku mengamalkannya, karena sesungguhnya aku khawatir akan menyimpang jika aku meninggalkan sesuatu amalan yang termasuk perintahnya."

Disampaikan oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada hari Selasa tanggal 26 Ramadhân 1441 / 19 Mei 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar