Rabu, 20 Mei 2020

BERMESRAAN DENGAN ISTERI DALAM KEADAAN BERPUASA

Pertanyaan:
‘Afwân Ustâdz, ada titipan pertanyaan, suami isteri bermesraan pada bulan puasa hingga suami keluar madzî dan isteri diduga keluar cairan, apakah keduanya membatalkan puasa?

Jawaban:
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan Ahlul ‘Ilmi, pendapat yang benar tidaklah membatalkan puasa, karena Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam dalam keadaan berpuasa beliau mencium dan memeluk isterinya, berkata ‘Âisyah Radhiyallâhu ‘Anhâ:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ، وَهُوَ صَائِمٌ

“Dahulu Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam mencium dan memeluk isterinya dalam keadaan beliau berpuasa.” Riwayat Al-Bukhârî(no. 1927).

Al-Bukhârî Rahimahullâh tidak menganggap bahwa mencium atau memeluk isteri itu membatalkan puasa, beliau tidak menganggap itu sebagai pembatal puasa, beliau berkata di dalam “Shahîh”nya:

باب الْمُبَاشَرَةِ لِلصَّائِمِ، وَقَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا يَحْرُمُ عَلَيْهِ فَرْجُهَا

“Bâb berpelukan langsung dengan orang yang berpuasa, berkata ‘Âisyah Radhiyallâhu ‘Anhâ: Yang harâm baginya hanya berjimâ’ dengannya.”

Keluarnya cairan bagi wanita atau keluarnya madzî bagi laki-laki karena syahwat bukanlah pembatal puasa, itu hanya sebagai pembatal wudhû’, berkata ‘Alî bin Abî Thâlib Radhiyallâhu ‘Anhu:

كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً فَأَمَرْتُ رَجُلاً أَنْ يَسْأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَانِ ابْنَتِهِ فَسَأَلَ فَقَالَ: تَوَضَّأْ وَاغْسِلْ ذَكَرَكَ

“Keberadaanku sebagai pria yang paling sering keluar madzî, lalu aku memerintahkan seseorang untuk bertanya kepada Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam karena rasa malu terhadap kedudukan puterinya, orang tersebut bertanya, beliau menjawab: “Kamu berwudhû dan sebelumnya bersihkan kemaluanmu.” Riwayat Al-Bukhârî (no. 269).
Di sini menggunakan wawû ‘athaf bukanlah berarti sesuai urutan wudhû terlebih dahulu setelah itu mencuci kemaluan akan tetapi mencuci kemaluan terlebih dahulu setelah itu berwudhû.

‘Alî bin Abî Thâlib Radhiyallâhu ‘Anhu menyebutkan tentang dirinya madzdzâ’ dengan shîghah mubâlaghah yang menunjukkan tentang paling seringnya keluar madzî dan kebanyakan madzî keluar karena sebab syahwat, apalagi beliau menyebutkan sebab tidak bertanya langsung kepada Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam karena kedudukan Fâthimah sebagai isteri beliau yang merupakan puteri Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, beliau merasa malu jika bertanya langsung, sebagaimana Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallamketika ditanya tentang mencium isteri dalam keadaan berpuasa maka Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada orang yang bertanya:

سَلْ هَذِهِ

“Bertanyalah kepada orang ini.”
Yakni Ummu Salamah sebagai isterinya, lalu Ummu Salamah menyebutkan kepadanya:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ

“Bahwasanya Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam melakukan itu.”
Orang yang berkata tersebut seakan-akan tidak terima kalau itu tidak membatalkan puasa, hingga berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ

“Wahai Rasûlullâh, sungguh Allâh telah memberikan ampunan kepadamu terhadap apa yang akan datang dari dosamu dan apa yang telah lalu dari dosamu.”
Barangkali orang tersebut beranggapan kalau Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengapa melakukan itu, itu mungkin khusus bagi beliau, sehingga membuat Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam memperjelas tentang hukum yang sebenarnya:

أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لأَتْقَاكُمْ لِلَّهِ وَأَخْشَاكُمْ لَهُ

“Ketahuilah sesunguhnya aku demi Allâh benar-benar orang paling bertakwa kepada Allâh daripada kalian Allâh dan aku orang yang paling takut kepada Allâh daripada kalian.” Riwayat Muslim (no. 2644).
Di dalam riwayat Ahmad:

أَنَا أَتْقَاكُمْ لِلَّهِ وَأَعْلَمُكُمْ بِحُدُودِ اللّٰهِ

“Aku adalah orang yang paling bertakwa kepada Allâh daripada kalian dan aku paling mengetahui tentang hukum-hukum Allâh daripada kalian.”

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra’âh sebelum kajian Al-Mabâdiul Mufîdah pada hari Rabu tanggal 27 Ramadhân 1441 / 20 Mei 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar