Rabu, 31 Agustus 2022

INDAHNYA BERPEGANG KEPADA SUNNAH



Setiap yang berdakwah sesuai ajaran Nabî Muhammad Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam pasti akan dimusuhi, berkata Waraqah kepada Nabî Muhammad 'Alaihimash Shalâtu was Salâm:

لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلاَّ عُودِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا

"Tidaklah datang seorangpun dengan semisal apa yang engkau bawa dengannya kecuali dimusuhi, jika waktu engkau dimusuhi itu masih mendapatiku maka aku akan menolongmu dengan sekuat-kuat pertolongan." Riwayat Al-Bukhârî dari 'Urwah Ibnuz Zubair dari 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ.

Tabah, tenang dan tersenyumlah jika kamu dimusuhi karena berdakwah sesuai sunnah Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

إنَّ مِن ورائِكم أيامَ الصَّبرِ ، لِلمُتَمَسِّكِ فيهنَّ يومئذٍ بما أنتم عليه أجرُ خمسين منكم

“Sesungguhnya di zaman setelah kalian ada hari-hari kesabaran, orang yang berpegang teguh terhadap sunnah yang kalian berada padanya pada hari-hari itu akan mendapatkan pahala semisal amalan 50 orang di antara kalian (para sahabat Nabî).” Riwayat Abû Dâwud. 

Taubat dan takutlah jika kamu dimusuhi karena berdakwah menyelisihi sunnah Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintahnya takut akan mendapat cobaan atau ditimpakan kepada mereka azab yang pedih." (Surat An-Nûr: 63).

Faîdah bincang-bincang dengan Muhammad Al-Khidhir pada hari Kamis tanggal 4 Shafar 1444 / 1 September 2022 di Maktabah Al-Khidhir Bogor.




Kamis, 25 Agustus 2022

HUTANGMU BUKAN HUTANG PEMERINTAH, HUTANG PEMERINTAH BUKAN HUTANGMU




Pertanyaan:
Ustâdz izinkan menyampaikan pertanyaan, apakah benar orang yang mati masih punya hutang, ahli warisnya tidak memiliki beban membayar hutangnya, itu menjadi beban pemerintah yang wajib membayarkannya?.

Jawaban:
Para Shahabat di antara mereka mati syahîd pada perang Uhud, tidaklah kemudian dari mereka menggantungkan hutang kepada Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, beliau sebagai pemerintah mereka, namun mereka tidak menggantungkan hutang mereka kepada Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam. Tidak kita ketahui manusia yang paling mengerti tentang dalîl daripada mereka para shahabat Radhiyallâhu 'Anhum, namun tatkala mereka memiliki hutang maka mereka berupaya membayarnya atau sebelum mati, mereka berpesan kepada ahli waris untuk membayarkannya, sebagaimana yang diperbuat oleh Abû Jâbir 'Abdullâh. Sebelum syahîd pada perang Uhud, beliau sudah berpesan kepada Jâbir tentang hutangnya sebagaimana telah shahîh riwayatnya dan pada suatu riwayat disebutkan oleh Jâbir bin 'Abdillâh semoga Allâh meridhai keduanya dan juga semoga Allâh meridhai kita:

أَنَّ أَبَاهُ اسْتُشْهِدَ يَوْمَ أُحُدٍ، وَتَرَكَ سِتَّ بَنَاتٍ، وَتَرَكَ عَلَيْهِ دَيْنًا، فَلَمَّا حَضَرَ جِدَادُ النَّخْلِ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْتَ أَنَّ وَالِدِي اسْتُشْهِدَ يَوْمَ أُحُدٍ وَتَرَكَ عَلَيْهِ دَيْنًا كَثِيرًا

"Bahwa ayahnya mati sebagai syahîd pada perang Uhud dan meninggalkan enam anak perempuan dan meninggalkan hutang. Ketika tiba musim panen kurma aku menemui Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam lalu aku katakan: "Wahai Rasûlullâh, sungguh engkau telah mengetahui bahwa ayahku telah mati syahîd pada perang Uhud dan beliau meninggalkan hutang yang banyak."

Andaikan membayar hutang setiap orang yang mati itu menjadi kewajiban pemerintah maka tentu Rasûlullâh 'Alaihish Shalâtu was Salâm akan katakan kepada Jâbir tentang hutang ayahnya:

عَلَيَّ دَيْنُهُ

"Kewâjibanku membayar hutangnya." Namun beliau tidak mengakatan seperti ini. 
Adapun perkataan beliau:

فَمَن تَرَكَ دَينًا فَعَليَّ قَضَاؤُهُ

"Barangsiapa meninggalkan hutang maka wâjib bagiku membayarkannya."
Maka ini beliau katakan setelah banyak terjadi penaklukkan, yakni di saat ghanîmah melimpah. Jadi ucapan beliau itu tidak berlaku secara umum bahwa setiap yang memiliki hutang maka beliau sebagai pemerintah ketika itu berkewajiban membayarkannya, dan perbuatan beliau telah menunjukkan yaitu beliau tidak ingin menshalatkan jenazah orang yang memiliki hutang, hingga seseorang menjamin membayarkan dengan mengatakan:

وَعَلَيَّ دَيْنُهُ

"Hutangnya menjadi kewajibanku."
Ini di antara dalîl yang menunjukkan bahwa hutang setiap orang yang mati itu bukan kewajiban pemerintah untuk membayarkannya, sebagaimana bukan kewajiban atas setiap orang untuk membayarkan hutang pemerintah.

Dijawab oleh:
Muhammad Al-Khidhir pada hari Jum'at 28 Muharram 1444 / 26 Agustus 2022 di Cipancur Klapanunggal Bogor.

Selasa, 23 Agustus 2022

PERANG HINDIA AKAN TERJADI DI INDONESIA



Pertanyaan:
Ustâdz, kenapa Hindia (Indonesia dan sekitarnya) di akhir zamân akan diperangi oleh kelompok terbaik yang Allâh melindungi mereka dari Neraka?. 

Jawaban:
Kelompok terbaik yang akan memerangi Hindia memiliki misi yang sama dengan kelompok 'Îsâ bin Maryam 'Alaihimash Shalâtu was Salâm, kelompok beliau memerangi berbagai negeri sesuai dengan misi beliau yaitu menjadikan agama hanya untuk Allâh. Dengan sebab itu, Allâh jadikan kelompoknya menjadi kelompok terbaik, Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ berkata kepada beliau:

وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

"Allâh akan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kâfir hingga hari Kiamat."  [Ãli ‘Imrân: 55].

Setelah beliau turun ke muka bumi, beliau melakukan pengingkaran dengan kekuatannya terhadap berbagai kezhaliman, beliau menghancurkan berhala-berhala, seperti salib-salib beliau patahkan dan beliau melenyapkan berbagai kemungkaran, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ ابْنُ مَرْيَمَ عَليهِ السَّلام حَكَمًا عَدْلاً، فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ، وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيْرَ، وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ، وَيَفِيْضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ

“Demi Allâh yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh benar-benar telah dekat saatnya akan turun kepada kalian Ibnu Maryam 'Alaihish Shalâtu wa Salâm sebagai hâkim yang adil, beliau akan mematahkan salib, membunuh babi, menghapus pajak dan akan melimpah ruah harta, hingga tidak ada seorang pun yang mau menerimanya.” Riwayat Al-Bukhârî. 

Beliau bersama kelompoknya memerangi negeri-negeri karena kesyirikan dan kekafiran telah berkuasa di negeri-negeri itu. Demikian pula pasukan yang akan memerangi Hindia, karena Hindia akan dikuasai oleh kesyirikan dan kekafiran, berbagai berhala menghiasi Hindia maka kelompok itu akan memerangi Hindia dengan misi sama seperti kelompok 'Îsâ bin Maryam 'Alaihish Shalâtu was Salâm yaitu menjadikan agama hanya untuk Allâh, sebagaimana yang Allâh 'azza wa Jalla perintahkan:

وَقَـٰتِلُوهُمۡ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةࣱ وَیَكُونَ ٱلدِّینُ كُلُّهُۥ لِلَّهِ

"Perangilah oleh kalian mereka itu hingga tidak ada lagi kesyirikan dan supaya agama benar-benar hanya untuk Allâh." [Surat Al-Anfâl: 39].
Kelompok ini tidak akan membiarkan berhala-berhala, kuburan yang diagungkan dan bahkan gambar makhluk bernyawa kecuali mereka menghancurkannya, sebagaimana yang pernah diamalkan oleh kelompok 'Alî bin Abî Thâlib dalam berbagai peperangan, berkata Abul Hayyâj Al-Asadî:

قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ أَلاَّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالاً إِلاَّ طَمَسْتَهُ وَلاَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ

"Berkata kepadaku 'Alî bin Abî Thâlib: Aku akan mengutusmu pada suatu peperangan sebagaimana Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam mengutusku padanya: "Janganlah kamu biarkan patung-patung kecuali kamu menghancurkannya dan jangan pula kamu biarkan kuburan yang ditinggikan kecuali kamu meratakannya." Riwayat Muslim. 
Dan masih pada riwayat Muslim dengan lafazh:

وَلاَ صُورَةً إِلاَّ طَمَسْتَهَا

"Tidak pula suatu gambar makhluk bernyawa kecuali kamu menghapusnya."

Ini telah dicontohkan langsung oleh Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam saat penaklukkan kota Makkah, beliau memerintahkan untuk dikeluarkan patung-patung dan gambar-gambar makhluk bernyawa dari Ka'bah lalu dihancurkan, berkata 'Abdullâh bin 'Abbâs Radhiyallâhu 'Anhumâ:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ أَبَى أَنْ يَدْخُلَ الْبَيْتَ وَفِيهِ الآلِهَةُ، فَأَمَرَ بِهَا فَأُخْرِجَتْ، فَأُخْرِجَ صُورَةُ إِبْرَاهِيمَ، وَإِسْمَاعِيلَ فِي أَيْدِيهِمَا مِنَ الأَزْلاَمِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَاتَلَهُمُ اللَّهُ لَقَدْ عَلِمُوا مَا اسْتَقْسَمَا بِهَا قَطُّ. ثُمَّ دَخَلَ الْبَيْتَ

"Bahwa Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam tatkala memasuki Makkah, beliau enggan untuk masuk ke Ka'bah dalam keadan di dalamnya ada sesembahan-sesembahan berhala, beliau memerintahkan untuk mengeluarkannya maka dikeluarkanlah lalu dikeluarkan pula gambar Ibrâhîm dan Ismâ'îl pada tangan keduanya sedang mengundi nasib dengan anak panah. Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam berkata: "Semoga Allâh membinasakan mereka orang-orang musyrik, sungguh mereka benar-benar telah mengetahui bahwa keduanya sama sekali tidaklah mengundi nasib dengan anak panah." Kemudian beliau masuk ke Ka'bah. Riwayat Al-Bukhârî. 

Dijawab oleh:
Muhammad Al-Khidhir pada hari Rabu 26 Muharram 1444 / 24 Agustus 2022 di Cipancur Klapanunggal Bogor.