Kamis, 28 Mei 2020

HUKUM MENGOLOK-OLOK ORANG BERIMAN

Pertanyaan:
Ustâdz ana mau bertanya: Saya sering mendengar kalimat-kalimat olokan dari beberapa penuntut ilmu dan bahkan beberapa dâ'î, yang isi kalimatnya adalah mengolok perbuatan atau amal seseorang atau suatu kelompok yang keliru atau menyimpang, dengan kata lain menjadikan kekeliruan dan penyimpangan orang atau suatu kelompok sebagai bahan candaan dalam obrolan bahkan dalam majelis. Apakah ini dibenarkan? Apakah ada olok-olok yang diperbolehkan?

Jawaban:
Olok-olokan adalah suatu penamaan terhadap setiap perkataan yang mengandung ejekan dan penghinaan, dan ini termasuk perbuatan tercela yang tidak dilakukan oleh para Nabî, kalau pun ada dari dalîl yang nampak seakan-akan para Nabî mengolok-olok terhadap orang-orang kâfir maka olok-olokan itu tidak langsung dilakukan sebagai balasan setelah adanya olok-olokan dari orang-orang kâfir, namun itu dilakukan setelah orang-orang kâfir mendapatkan azab, ini seperti pada perkataan Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ tentang Rasûl-Nya Nûh 'Alaihish Shalâtu was Salâm:

وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِنْ قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ ۚ قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ

"Nûh-pun membuat kapal, setiap kali para tokoh dari kaumnya melewatinya maka mereka mengolok-oloknya, Nûh-pun berkata: Jika kalian memperolok-olok kami maka sungguh kami akan memperolok-olok kalian sebagaimana kalian memperolok-olok." [Surat Hûd: 38].
Ayat ini pun tidak menjelaskan bahwa beliau langsung membalas olok-olokan mereka, namun disebutkan oleh Ahli Tafsîr:

إِذَا عَايَنْتُمْ عَذَابَ اللَّهِ

"Ketika kalian telah melihat azab Allâh." Yakni:

إِذَا نَزَلَ الْعَذَابُ بِكُمْ

"Jika telah turun azab kepada kalian."

Oleh karena itu tidaklah pantas bagi seorang muslim mengolok-olok muslim yang lain, apalagi di saat muslim yang lain itu masih hidup, karena bisa jadi setelah adanya olok-olokan kepadanya maka dia akan diperbaiki oleh Allâh 'Azza wa Jalla sehingga menjadi lebih baik daripada orang yang mengolok-oloknya, berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, bisa jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan lain, bisa jadi perempuan yang diolok-olok itu lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok." [Surat Al-Hujurât: 11].

Kita terkadang tidak menyadari bahwa pertolongan Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ datang kepada kita itu setelah adanya olok-olokan dari orang lain terhadap kita.

Semoga Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ menjauhkan kita dari perbuatan mengolok-olok orang beriman, karena mengolok-olok orang beriman adalah harâm berdasarkan ijmâ' 'Ulamâ. Dan semoga Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ menghiasi diri kita dengan akhlak yang mulia, karena akhlak yang mulia merupakan salah satu tanda kesempurnaan îmân bagi orang yang beriman:

أَكْمَلُ المُؤمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُم خُلُقًا

"Paling sempurnanya iman bagi orang-orang yang beriman adalah yang paling bagusnya akhlak mereka." Riwayat At-Tirmidzî.

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada hari Senin 9 Ramadhân 1440 / 13 Mei 2019 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar