Sabtu, 25 Juli 2020

NASEHAT UNTUK SEMUA ORANG TERHORMAT


Pertanyaan:
Ustâdz pada jawaban Ustâdz tentang kewajiban shalat berjamâ'ah di masjid dengan nukilan Ustâdz terhadap pendapat Syaikhunâ Yahyâ Al-Hajûrî, sementara di antara isi pertanyaan menyebutkan tentang tahdziran Al-Ustâdz Muhammad As-Sewed terhadap Syaikhunâ Yahyâ Al-Hajûrî, apakah Ustâdz bersengaja mendiamkannya? Dan tidak mau menanggapinya? Ataukah sudah ada dari Ustâdz-ustâdz yang telah membantahnya?
'Afwân Ustâdz, di sini ana kutipkan lagi lebih jelasnya tentang tahdziran Al-Ustâdz Muhammad As-Sewed seperti ini:
Penanya: Saya baru saja mengikuti manhaj salaf. Saya mau bertanya, siapakah syaikh (Yahyâ Al-Hajûrî) dan bagaimana manhajnya?
Al-Ustâdz Muhammad As-Sewed menjawab: Syaikh Yahyâ, Syaikh Yahyâ Al-Hajûrî? Ikhwânî fiddîn A'azakumullâh, Syaikh Yahyâ sudah ditahdzir oleh para 'ulamâ. Disebut bahwa dia dhal mudhil, yang sesat dan menyesatkan. Sehingga hendaklah dijauhi Syaikh Yahyâ dan pengikut-pengikutnya. Jauhi mereka! Jangan duduk bersama mereka! Jangan ngaji di tempat mereka! Jangan dekat-dekat dengan mereka! Kalau datang, nanti diusir! Jangan boleh masuk ke masjid kita, ke pondok-pondok kita. Bârakallâhufîkum. Dan itu ucapan Asy-Syaikh Muhammad bin Hâdî menyatakan: "Kalau datang ke sini, sebelum ngomong kamu usir! Supaya jangan ada kalimat yang masuk ke telinga kamu!."

Jawaban:
Tahdzîran Al-Ustâdz Muhammad As-Sewwed terhadap Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûrî 'Afallâhu 'Annâ wa 'Anhum tidaklah ilmiyyah dan tidak berbobot, bukanlah mengarahkan orang-orang yang baru mengenal manhaj salaf untuk mengenal lebih dekat tentang manhaj salaf, justru mengarahkan mereka untuk taqlîd dan ikut-ikutan. 
Siapa dari 'ulamâ di zaman ini yang tidak ditahdzîr? Bahkan para 'ulamâ yang beliau isyaratkan dan para 'ulamâ yang menjadi rujukannya juga telah ditahdzîr, kalau orang hanya sekedar mengambil ucapan "sudah ditahdzir" lalu dia meninggalkan semua 'ulamâ tanpa terkecuali karena seluruhnya telah ditahdzir atau kalau seseorang hanya sekedar mengambil ucapan "sudah ditahdzir" lalu dia tidak mau mengikuti dalîl-dalîl dan tidak mau pula melihat kebenaran maka sungguh dia telah berada di dalam ujian dahsyat:

مَنْ لَمْ يَتَّبِعِ الْأَدِلَّةَ ابْتَلَاهُ اللّٰهُ بِاتِّبَاعِ الدَّجَاجِلَةِ

"Barangsiapa yang tidak mengikuti dalîl-dalîl maka Allâh memberikan ujian kepadanya dengan mengikuti Dajjâl-Dajjâl (para pendusta)."

Tahdzîran Al-Ustâdz Muhammad As-Sewwed itu tidaklah memberi manfaat untuk dirinya sendiri, namun kita khawatirkan akan menambah berat timbangan kesalahannya dan akan mempertebal catatan amal kejeleknya:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

"Diletakkanlah catatan amalan, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, tulisan apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar, melainkan mencatat semuanya. Mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan telah tertulis, dan Rabbmu tidaklah menganiaya seorang pun". [Surat Al-Kahfi: 49].

Tidakkah Al-Ustâdz Muhammad As-Sewwed mau menyadari dirinya 'Afallâhu 'Annâ wa 'Anhu? Tidakkah kita semua mau mengambil pelajaran dari masa-masa yang pernah kita semua lalui? 

لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

"Tidaklah seorang beriman akan terjatuh ke lubang yang satu sebanyak dua kali." Riwayat Al-Bukhârî dan Muslim.

Tidakkah kita semua mau membuka mata hati kita untuk melihat kebenaran sebelum masa melampui kita?:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allâh dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang terdahulu yang telah diturunkan Al-Kitâb kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fâsiq." [Surat Al-Hadîd: 16].

Tidakkah kita menyadari bahwa masing-masing kita akan menghadap kepada Allâh Ta'âlâ? Berkata guru kami Asy-Syaikh Abû Hâtim Sa'îd Al-Yâfi'î Rahmatullâh 'Alainâ wa 'Alaih:

وَكُلُّ إِنْسَانٍ حَجِيجُ نَفْسِهِ بَينَ يَدَي اللّٰهِ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

"Setiap manusia adalah terhujati dengan dirinya sendiri di hadapan Allâh, pada hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak keturunan kecuali orang yang datang kepada Allâh dengan hati yang selamat."

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada 23 Jumâdil Ãkhirah 1438 di Binagriya Pekalongan. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar