Jumat, 31 Januari 2020

KEWAJIBAN MENGIKUTI AL-QUR'ÃN DAN AS-SUNNAH


📱 Pertanyaan:
Maaf pak Ustâdz, sejauh pengamatan saya sebagai pemerhati dakwah Sunnah, saya melihat sebagian Ustâdz-Ustâdz Sunnah perintahkan agar tinggalkan tiap-tiap Ustâdz Sunnah yang bersebrangan dengannya, sejatinya ada pengkultusan kepada 'ulamâ Sunnah tertentu, sebagian yang lain seperti itu juga. Terus mana yang harus diikuti dan mana yang harus ditinggalkan? Apa arahan pak Ustâdz? Syukrân, terima kasih. 

📲 Jawaban:
Yang menjadi kewajiban bagi setiap orang adalah mengikuti dalîl bukan mengikuti pendapat yang tidak berdalîl dan bukan pula mengikuti pendapat yang menyelisihi dalîl, Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ berkata:

ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ 

"Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian, dan janganlah kalian mengikuti selain-Nya dari para pemegang urusan, sangat sedikit dari kalian mengambil pelajaran." (Al-A'râf: 3). 

Orang yang tidak mengikuti dalîl atau bersengaja menyelisih dalîl maka baginya ancaman dari Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:

 فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ 

"Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasûl-Nya takut akan ditimpa fitnah atau disiksa dengan siksaan yang pedih." (An-Nûr: 63).

Al-Imâm Ahmad Rahimahullâh berkata:

عَجَبْتُ لِقَوْمٍ عَرَفُوا الْإِسْنَادَ وَصِحَّتَهُ، يَذْهَبُوْنَ إِلَى رَأْيِ سُفْيَانَ

"Mengherankanku terhadap suatu kaum yang mereka mengetahui hadîts dan keshahihannya namun mereka mengambil pendapat Sufyân."

Orang yang belajar ilmu hadîts dan fiqih pasti mengenal dua orang imâm yang bernama Sufyân, yaitu Sufyân Ats-Tsaurî dan Sufyân bin 'Uyainah. Keduanya adalah imâm besar yang diakui keilmuan dan ketakwaannya oleh para 'ulamâ yang sezaman dengan keduanya, demikian pula 'ulamâ yang setelah zaman keduanya, bersamaan dengan itu para 'ulamâ tidak membolehkan untuk taqlîd kepada keduanya sebagaimana mereka tidak membolehkan untuk taqlîd kepada diri mereka sendiri, Al-Imâm Ahmad Rahimahullâh berkata:

ﻻَ ﺗُـﻘَـﻠِّـﺪْﻧِﻲْ ﻭَﻻَ ﺗُـﻘَـﻠِّـﺪْ ﻣَﺎﻟِﻜًﺎ ﻭَﻻَ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲَّ ﻭَﻻَ ﺍﻟْﺄَﻭْﺯَﺍﻋِﻲَّ ﻭَﻻَ ﺍﻟﺜَّﻮْﺭِﻱَّ؛ ﻭَﺧُﺬْ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺃَﺧَﺬُﻭْﺍ

“Janganlah kalian taqlîd kepadaku, jangan kepada Mâlik, jangan kepada Asy-Syâfi'î, jangan kepada Al-Auza'î dan jangan pula kepada Ats-Tsaurî, akan tetapi ambillah dari mana mereka mengambil."
Yakni ambillah dari Al-Qur'ãn dan As-Sunnah sebagaimana mereka telah mengambil dari keduanya.”

Jangankan pendapat 'ulamâ terpercaya semisal mereka, pendapat para shahabat saja kalau menyelisihi dalîl maka tidak boleh diikuti, 'Abdullâh Ibnu 'Abbâs Radhiyallâhu ‘Anhumâ berkata:

ﻳُﻮْﺷِﻚُ ﺃَﻥْ ﺗَﻨْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻴﻜُْﻢ ْﺣِﺠَﺎﺭَﺓٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ، ﺃَﻗُﻮْﻝُ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻭَﺗَﻘُﻮْﻟُﻮْﻥَ: ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮٍ ﻭَﻋُﻤَﺮ

“Hampir-hampir menghujani kalian batu-batu dari langit, aku katakan: "Rasûlullâh berkata." Lalu kalian katakan: "Abû Bakr dan 'Umar berkata.”
Yakni kalian membantah dalîl dengan perkataan Abû Bakr dan 'Umar Radhiyallâhu 'Anhumâ. 

Asy-Syaikh Shâlih Al-Fauzân 'Afallâhu 'Annâ wa 'Anhu berkata:

فَإِذَا كَانَ هَذَا التَّحْذِيْرُ وَالْوَعِيْدُ فِي اتِّبَاعِ أَفْضَلِ النَّاسِ بَعْدَ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ غَيْرِ دَلِيْلٍ، فَكَيْفَ بِاتِّبَاعِ مَنْ هُوَ لَا فِي العِيْرِ وَلَا فِي النَّفِيْرِ مِمَّنْ لَا يُعْرَفُ بِعِلْمٍ وَلَا فَضْلٍ، إِلَّا أَنَّهُ يُجِيْدُ شَقْشَقَةَ الْكَلَامِ؟ 

"Jika pemberian peringatan dan ancaman ini pada pengikutan terhadap sebaik-baik manusia setelah para Nabî dengan tanpa dalîl, maka bagaimana dengan pengikutan terhadap orang yang tidak berkapasitas dan tidak berbobot dari orang yang tidak dikenal dengan keilmuan dan tidak pula dengan keutamaan melainkan dia hanya pandai berorasi."
Nas'alullâhas Salâmata wal 'Âfiyah. 

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada tanggal 8 Sya'bân 1439 di Kemang Pratama 3 Bekasi. 

⛵ http://t.me/majaalisalkhidhir



Tidak ada komentar:

Posting Komentar