Jumat, 31 Januari 2020

📖 THÂLIBUL 'ILMI JULUKAN YANG DIHORMATI OLEH PENDUDUK LANGIT DAN BUMI 📜


Sebagian orang yang merasa memiliki beberapa julukan terkadang meremehkan orang yang berjulukan Thâlibul 'Ilmi, apalagi kalau orang tersebut berlainan pendapat dengan mereka, maka dengan bangga mereka katakan: "Siapa dia? Tidaklah dia itu kecuali hanya seorang Thâlibul 'Ilmi."

Mereka sadari ataupun tidak, bahwasanya penduduk langit dan bumi telah mempersaksikan tentang kemuliaan julukan Thâlibul 'Ilmi, Ahmad bin Hanbal pernah berkata di hadapan murid-murid beliau dari kalangan Ahlul Hadîts tentang Ibnu Makhlad Rahmatullâh 'Alainâ wa 'Alaihim:

هٰذَا يَقَعُ عَلَيهِ اسْمُ طَالِبِ العِلْمِ

"Beliau ini pantas baginya sebutan Thâlibul 'Ilmi."

Beliau dijuluki oleh seorang Imâm besar di hadapan para muridnya dari kalangan Ahlul Hadîts dengan julukan Thâlibul 'Ilmi", sebab kesungguhan beliau untuk memperoleh ilmu, beliau mencari ilmu dengan menempuh perjalanan jauh dari Andalusiâ ke Baghdâd dengan berjalan kaki sampai melewati 5.000 KM, tujuannya supaya mengambil ilmu secara langsung dari Ahmad bin Hanbal Rahmatullâh 'Alainâ wa 'Alaihim. Ketika beliau hampir mendekati Baghdâd maka sampailah berita kepada beliau bahwa Ahmad bin Hanbal dilarang oleh penguasa untuk berkumpul dengan masyarakat dan dilarang pula untuk membuka kajian, beliau menuturkan:

فَاغتَمَمتُ لِذٰلِكَ كَثِيرًا

"Maka aku pun sangat sedih dengan berita tersebut."
Bersamaan dengan itu, tidaklah melemah semangat beliau untuk tetap melanjutkan perjalanan hingga sampai ke Baghdâd. Setelah beliau sampai di Baghdâd maka beliau bergegas menemui Ahmad bin Hanbal, akan tetapi Ahmad bin Hanbal berkata kepada beliau:

أَنَا مُمتَحَنٌ وَمَمنُوعٌ مِنَ التَّدرِيسِ وَالتَّعلِيمِ

"Aku adalah orang yang diuji dan dilarang dari membuka pengajian dan taklim."

Ternyata adanya ujian dan larangan ini tidak membuat beliau untuk pergi meninggalkan Ahmad bin Hanbal Rahmatullâh 'Alainâ wa 'Alaihim, beliau tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dari Ahmad bin Hanbal, beliau berkata kepadanya:

أَنَا رَجُلٌ غَرِيبٌ؛ فَإِن أَذَنتَ لِي آتِيكَ كُلَّ يَومٍ فِي لِبَاسِ الفُقَرَاءِ وَالشَّحَاذِينَ، وَأَقِفُ عِندَ دَارِكَ، وَأَسْأَلُ الصَّدَقَةَ وَالمُسَاعَدَةَ؛ فَتَخرُجُ إِلَيَّ وَتُحَدِّثُنِي؛ وَلَو بِحَدِيثٍ وَاحِدٍ

"Aku adalah orang yang asing, jika kamu memberi izin kepadaku untuk datang menemuimu setiap hari dengan memakai pakaian orang-orang miskin dan pakaian para pengemis, kemudian aku berdiri di depan rumahmu dan meminta sedekah serta bantuan, lalu kamu keluar menemuiku sambil membacakan hadîts kepadaku meskipun hanya satu hadîts."

Setiap hari beliau berbuat seperti itu, sehingga beliau memiliki banyak periwayatan hadîts dari Ahmad bin Hanbal, beliau sebutkan hadîts yang beliau riwayatkan dari Ahmad bin Hanbal dengan cara tersebut:

حَتَّى اجْتَمَعَ لِي قُرَابَةَ ثَلَاثِ مِئَةِ حَدِيثٍ

"Sampai terkumpul kepadaku sekitar 300 hadîts."

Tidak berhenti di situ perjuangan beliau untuk memperoleh ilmu dari Ahmad bin Hanbal, namun setelah Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ menolong Ahmad bin Hanbal dari kezhaliman penguasa dan mengokohkannya di dalam berdakwah maka beliau terus menerus menghadiri majelis Ahmad bin Hanbal, di majelis yang dihadiri oleh banyaknya manusia dari kalangan Ahlul Hadîts dan selain mereka inilah Ahmad bin Hanbal berkata tentang beliau:

هٰذَا يَقَعُ عَلَيهِ اسْمُ طَالِبِ العِلْمِ

"Beliau ini pantas baginya sebutan Thâlibul 'Ilmi."

Maka masihkah ada dari sebagian orang yang berani menganggap rendah julukan Thâlibul 'Ilmi ini? Atau sampai meremehkan orang dengan ucapan: "Siapa dia? Dia hanyalah seorang Thâlibul 'Ilmi."

Padahal julukan yang paling dihormati dan dimuliakan oleh para malaikat adalah julukan Thâlibul 'Ilmi ini, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ 

“Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap mereka karena ridhâ kepada Thâlibul 'Ilmi.” Riwayat Abû Dâwud dan Ibnu Mâjah.

Dengan demikian, sungguh mengherankan jika ada orang merasa tidak puas dengan pengakuannya sebagai Thâlibul 'Ilmi lalu mencari tazkiyah ke sebagian orang supaya disifati atau dijuluki di hadapannya dengan selain julukan itu, belumkah cukup nasehat dari Yazîd bin Maisarah Rahmatullâh 'Alainâ wa 'Alaihim: 

إِذَا زَكَّاكَ رَجُلٌ فِي وَجْهِكَ فَأَنْكِرْ عَلَيْهِ وَاغْضَبْ، وَلَا تُقِرَّ بِذَلِكَ، وَقُلْ: اللَّهُمَّ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، وَاغْفِرْ لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ 

"Jika seseorang mentazkiyah dirimu di depanmu maka jangan terima, jangan senang serta jangan mengakuinya, dan berdoalah: "Yâ Allâh janganlah Engkau menghukumku karena apa yang mereka katakan dan berilah ampunan kepadaku terhadap apa yang mereka tidak mengetahui." Riwayat Abû Nu'aim di dalam "Hilyatul Auliyâ".

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada malam Kamis 30 Dzulqa'dah 1440 / 1 Agustus 2019 di Mutiara Gading Timur Bekasi. 

⛵️ http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar