Rabu, 15 Januari 2020

SHALAT SUNNAH LEBIH DARI DUA RAKA'AT


📝 Pertanyaan
'Afwân ustâdz mau tanya masalah shalat sunnah sebelum 'ashar yang 4 raka’at, Ustâdz pernah menyebutkan kalau hadîtsnya dha'îf, apakah boleh diamalkan?. 

📜 Jawaban
Para ‘ulamâ’ berbeda pendapat tentang hadîts dha'îf, bolehkah diamalkan ataukah tidak? Ada dari mereka merinci, kalau yang berkaitan dengan fadhâilul a'mal (keutamaan-keutamaan amalan) seperti hadîts dha'îf shalat sunnah 4 raka’at ini maka menurut mereka ini adalah boleh, namun pendapat kuat dan yang benar adalah tidak boleh mengamalkannya, karena dua alasan:

Pertama: Menyelisihi asal dalam beramal yaitu berdasarkan Al-Qur’ãn dan As-Sunnah Ash-Shahîhah, berkata guru kami Asy-Syaikh Abû Usâmah 'Âdil bin Muhammad As-Siyâghî Rahmatullâh 'Alainâ wa 'Alaih:

لِأَنَّ الْعَمَلَ بِهِ خِلَافُ الْأَصْلِ، وَلَا دَلِيْلَ عَلَيْهِ، وَإِثْبَاتُ التَّعَبُّدِ بِمَا لَمْ يَثْبُتْ عَنِ الشَّارِعِ الْحَكِيْمِ خَطْرٌ عَظِيْمٌ

“Karena sesungguhnya beramal dengan hadîts dha’îf adalah menyelisihi asal, dan tidak ada dalîl tentangnya, menetapkan peribadahan dengan hadîts yang tidak shahîh dari Pembuat syari’at Al-Hakîm (Allâh Yang Maha Mulia) adalah suatu kesalahan besar.”

Kedua: Amalan-amalan yang afdhal di dalam Islâm sangatlah banyak, sehingga tidak membutuhkan kepada amalan-amalan yang dilandasi dengan hadîts dha’îf dan tidak pula membutuhkan kepada amalan-amalan bid'ah dalam agama.
Orang yang rajin beribadah dan dia membangun ibadahnya di atas ilmu maka dia bisa beramal lebih banyak dan lebih utama dari sekedar mengamalkan hadîts dha’îf, sekadar contoh shalat sebelum 'ashar ini, orang yang mengamalkan hadîts dha’îf hanya bisa shalat 4 raka'at namun orang yang giat beribadah dengan landasan ilmu yang ada padanya maka dia mampu melaksanakan 6 raka'at sebelum 'ashar dengan berdasarkan dalîl yang shahîh, ketika sudah adzân 'ashar dia berwudhû' lalu shalat sunnah 2 raka'at dengan niat shalat 2 raka'at setelah wudhû' sebagaimana yang diamalkan oleh Bilâl Radhiyallâhu 'Anhu, kemudian shalat 2 raka'at qabliyyah dengan dalîl:

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ، بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ، ثُمَّ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ: لِمَنْ شَاءَ

“Di antara setiap adzân dan iqâmah ada shalat, di antara setiap adzân dan iqâmah ada shalat”. Kemudian beliu berkata pada yang ketiga kalinya: “Bagi yang mau”. Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhân dari 'Abdullâh bin Mughaffal Radhiyallâhu 'Anhu.

Setelah melakukan 2 raka’at ini di rumahnya, dia bergegas ke masjid, sampai di masjid imâm belum datang, sambil menunggu imâm diapun menegakan shalat tahiyatul masjid, maka jadilah shalat sunnahnya sebelum 'ashar 6 raka'at. 

Maka jangan heran dan jangan salah sangka dengan amalan para salaf shâlih, mereka dalam sehari terkadang melaksanakan shalat sunnah puluhan raka'at, jangan difahami mereka mengadakan bid'ah atau mengamalkan hadîts dha'îf, justru mereka melaksanakan sunnah shahîhah. Coba kita hitung mulai dari 2 raka'at sebelum shubuh, shalat setelah wudhû', shalat tahiyatul masjid, shalat dhuhâ 8 raka’at, shalat-shalat sunnah rawâtib, belum lagi shalat istikhârah, maka berapa raka'atkah yang mereka lakukan? 

Para 'ulamâ salaf sering keluar masuk masjid, dan tentu dalam sehari mereka banyak keluar dari masjid karena ada hajat, setiap mereka kembali masuk masjid maka mereka shalat 2 raka'at lagi, dengan demikian tentu shalat sunnah mereka bertambah banyak, belum lagi shalat lail mereka, maka termasuk dari kelemahan pada akal seseorang ketika dia bersungguh-sungguh melakukan shalat-shalat bid'ah dalam keadaan dia menerlantarkan shalat-shalat sunnah.

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh di Bekasi pada tanggal 24 Syawwâl 1438.

🌎 http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar