Selasa, 14 Januari 2020

SERUAN YANG SESUAI DENGAN KEADAAN


📝 Pertanyaan:
Kalau panggilan Ustâdz apa kyai bagaimana hukumnya Ustâdz? Lantas bagaimana dengan panggilan: Ustâdz, Kyai, Habîb, Syaikh, yang disematkan depan nama? Apa ini juga riyâ'? 

📜 Jawaban:
Memanggil seseorang dengan panggilan seperti itu tidaklah mengapa, dengan ketentuan:

🔹 Jika Dia Dikenal Dengan Panggilan Tersebut

Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang An-Najâsyî dengan sebutan:

ﺑِﺄَﻧَّﻪُ ﻣَﻠِﻚٌ ﺻَﺎﻟِﺢٌ ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻣَﻠِﻚٌ ﻻَ ﻳُﻈْﻠَﻢُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺃَﺣَﺪًﺍ

"Bahwasanya beliau adalah Malik Shâlih dan sesungguhnya beliau adalah Malik yang tidak pernah dizhalimi di sisinya seorang pun".
Perkataannya: "Malik Shâlih" yakni raja yang baik.
Dan perkataan Allâh tentang saudara-saudara Yûsuf 'Alaihish Shalatu was Salâm:

قَالُوا۟ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْعَزِيزُ إِنَّ لَهُۥٓ أَبًا شَيْخًا كَبِيرًا

"Mereka berkata: “Wahai Al-Azîz, dia mempunyai ayah sebagai Syaikh Kabîr”. [Yûsuf: 78].

Perkataan-Nya: "Al-'Azîz" yakni pemerintah, dan perkataannya: "Syaikh Kabîr" yakni orang tua yang lanjut usia.

Dan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam menyeru Hiraklius sesuai dengan apa yang dikenal padanya:

 إِلَى هِرَقْلَ عَظِيْمِ الرُّوْمِ

"Kepada Hiraklius 'Azhîm Rûm". Yakni raja Romawi.

Dan 'Alî bin Abî Thâlib berkata kepada Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

ﺍِﻥَّ ﻋَﻤَّﻚَ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦَ ﺍﻟﻀَّﺎﻝَّ ﻗَﺪْ ﻣَﺎﺕَ

"Sesungguhnya paman engkau Syaikh Dhâll benar-benar telah mati".

Perkataannya: "Syaikh dhâll" yakni orang tua yang sesat.

🔸 Jika Dia Tidak Permasalahkan

Allâh Ta'âlâ sebutkan tentang hamba dan wali-Nya yang shâlih:

قُلْنَا يَٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا 

"Kami katakan: “Wahai Dzul Qarnain! engkau boleh menyiksa dan boleh pula berbuat baik kepada mereka". [Al-Kahf: 86].
Rakyat beliau juga menyeru beliau selaku raja mereka dengan seruan Dzul Qarnain yakni pemilik dua tanduk.

🔸 Jika Benar Keberadaannya Demikian

Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada suatu kaum:

ﻣَﻦْ ﺳَﻴِّﺪُﻛُﻢْ ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲ ﺳَﻠِﻤَـﺔَ؟

"Siapa sayyid kalian wahai Banî Salimah?". Yakni siapa pimpinan kaum kalian?.
Dan yang lebih jelas lagi beliau berkata kepada kaum Anshâr:

قُوْمُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ

"Berdirilah kalian kepada sayyid kalian". Yakni pembesar kalian.

Adapun bila penetapan gelar-gelar tersebut dikatakan sebagai riyâ' maka tidaklah tepat, karena perbuatan seseorang terkadang terlihat seakan-akan riyâ' padahal bukan riyâ' dan sesungguhnya riyâ' termasuk dari sesuatu yang terselubung di dalam hati, sedangkan yang mengetahui isi hati hanyalah Allâh Ta'âlâ:

يَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ 

"Dia mengetahui terhadap apa yang di berbagai langit dan di bumi, dan mengetahui terhadap apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian nampakkan. Dan Allâh adalah 'Âlim (Maha Mengetahui) terhadap segala isi hati". [At-Taghâbun: 4].

Dengan demikian tidaklah dibenarkan bagi seseorang untuk mengatakan kepada orang yang memiliki gelar-gelar tersebut dengan riyâ, karena Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam pernah menetapkan pada diri beliau:

ﺃَﻧَﺎ ﺳَﻴِّﺪُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ

"Aku adalah Sayyid bagi manusia pada hari kiamat".
Juga perkataan Nabî Yûsuf 'Alaihish Shalâtu was Salâm kepada Malik yakni raja Mesir:

ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ 

“Jadikanlah aku sebagai bendahara negara, karena sesungguhnya aku adalah Hafîzh (orang yang pandai menjaga) dan 'Âlim (orang yang berilmu)”. [Yûsuf: 55].
Dan juga Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam pada perjanjian Hudaibiyyah memerintahkan 'Alî bin Abî Thâlib untuk menuliskan "Rasûlullâh" pada nama Muhammad Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam namun diingkari oleh perwakilan kaum musyrikîn.
Dan juga pada perjanjian damai antara Alî bin Abî Thâlib dengan Mu'awiyyah bin Abî Sufyân dituliskan gelar Amîrul Mu'minîn pada nama 'Alî bin Abî Thâlib, namun dipungkiri oleh pihak Mu'âwiyyah Radhiyallâhu 'Anhumâ, Wallâhu A'lam wa Ahkam.

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh di Bekasi pada tanggal 6 Syawwâl 1438. 

⛵⛵⛵
http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar