Sabtu, 25 April 2020

KENANGAN YANG TAK TERLUPAKAN


Pertanyaan:
Ustâdz, bagaimana hingga Ustâdz sampai bisa berangkat ke Dârul Hadîts Dammâj di Yaman? 

Jawaban:
Alhamdulillâh kami bisa ke Dammâj karena semata-mata pertolongan Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

"Apa saja pada kalian dari suatu keni'matan maka itu dari Allâh."  [An-Nahl : 53]

Kemudian dengan sebab kakak sekaligus sebagai Ustâdz kami Abul 'Abbâs Harmîn bin Salîm Al-Limbôrî Rahimahullâh, beliau yang mengupayakan supaya kami bisa menuntut ilmu di Dârul Hadîts Dammâj.

Kemudian dengan sebab dukungan orang-orang baik dan dengan sebab doa dan harapan orang-orang baik pula kami bisa menuntut ilmu di Dârul Hadîts Dammâj semoga Allâh merahmati kami dan merahmati mereka semuanya.

Ketika kami kuliah di Surabaya sambil mengikuti pengajian di berbagai masjid maka membuat beliau semakin berusaha dan bekerja keras supaya nantinya bisa memberangkatkan kami ke Dammâj.
Kami tidak mengira, setelah selesai kuliah beliau langsung memberikan jaminan untuk ke Dammâj, kami berkata kepada beliau: "Tidakkah sebaiknya engkau yang ke Dammâj dengan usaha dan jerih payah engkau sendiri". Beliau menjawab: "Aku khawatir kalau aku yang berangkat ke Dammâj, adik-adik kita akan tersesat atau disesatkan oleh orang-orang rusak, aku ingin membawa mereka supaya menjadi anak-anak shâlih yang bermanfaat bagi ibu kita yang telah wafat, sebagai anak-anak shâlih yang mendoakannya dan juga supaya berguna bagi ayah kita, dengan harapan keberadaan mereka bisa membawa ayah kita menjadi orang yang mentauhîdkan Allâh".
Beliau selalu mengingatkan kami dengan perkataan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

"Jika seseorang mati maka terputuslah darinya amalannya kecuali dari tiga; kecuali dari sedekah yang mengalir pahalanya atau ilmu yang bermanfaat padanya atau anak shâlih yang mendoakannya." Diriwayatkan oleh Muslim dari Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu.

Pada bulan Semptember 2008 kamipun diberangkatkan ke Dammâj, selama kami di Dammâj, bila beliau bisa menghubungi kami maka beliau langsung menghubungi kami, yang pembicaraannya dalam menghubungi kami selalu memberi nasehat dan memberi pemotivasian kepada kami, diantara nasehat beliau ketika itu: "Janganlah engkau terburu-buru pulang ke Indonesia kecuali engkau sudah mumpuni dalam keilmuan atau kalau sudah 10 tahun di Dammâj atau kalau sudah berusia 40 tahun, karena usia 40 tahun adalah puncak kedewasaan dan puncak kematangan berpikir, pada usia tersebut Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam di angkat sebagai Nabî dan diutus sebagai Rasûl."

Semoga Allâh mengampuni dan merahmati beliau serta menjaga kedua anak beliau sebagaimana Dia telah menjaga dua anak yang hidup di zaman Nabî-Nya Al-Khidhir 'Alaihish Shalâtu was Salâm:

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ

"Adapun tembok itu maka keberadaannya adalah milik dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawah tembok itu ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, dan keberadaan ayah keduanya adalah orang shâlih, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka berdua sampai kepada kedewasaan lalu mengeluarkan simpanannya itu, sebagai kasih sayang dari Rabbmu". [Al-Kahf: 82].

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada 25 Jumâdil Âkhirah 1438 di Binagriya Pekalongan.

http://alkhidhir.com/sirah/kenangan-yang-tak-terlupakan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar