Senin, 08 Juni 2020

BIOGRAFI SINGKAT 'ÂISYAH ASH-SHIDDÎQAH RADHIYALLÂHU 'ANHÂ


Beliau adalah 'Âisyah bintu Abî Bakr 'Abdullâh bin Abî Quhâfah 'Utsmân bin 'Âmir bin 'Amr bin Ka'b bin Sa'd bin Tamîm bin Murrah bin Ka'b. Terhubung nasab beliau dengan nasab Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam pada Murrah bin Ka'b. 
Ibu beliau adalah Ummu Rûmân bintu 'Âmir dari Banî Mâlik. 
Kunyah beliau adalah Ummu 'Abdillâh. 
Julukan beliau adalah Ummul Mu'minîn, Humairâ', Ath-Thayyibah, Ash-Shiddîqah dan Ibnah Ash-Shiddîq.
Beliau lahir di Makkah 7 tahun sebelum tahun Hijriyyah. Setahun sebelum hijrah, di saat beliau berusia 6 tahun, beliau dinikahi oleh Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, setahun kemudian beliau ikut hijrah ke Madînah, beliau pernah bercerita:

تَزَوَّجَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ، فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ

"Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam menikahiku dalam keadaan aku berusia 6 tahun, kemudian kami hijrah ke Madînah." Riwayat Al-Bukhârî. 

Beliau hijrah ke Madînah bersama rombongan Thalhah bin 'Ubaidillâh, yang di dalam rombongan itu ada ibunya Ummu Rûmân, kakaknya Asmâ, Saudah bintu Zam'ah, Ummu Aiman, 'Abdullâh bin 'Ubaidillâh, Zaid bin Hâritsah, Usâmah bin Zaid, Abû Râfî, Ummu Kultsûm dan Fâthimah bintân Nabî 'Alaihimush Shalâtu was Salâm. 

Dua tahun kemudian di Madînah setelah perang Badr, pada bulan Syawwâl beliau diantar menemui Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, lalu diserahkan kepada Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam sebagai isteri beliau, 'Âisyah menyebutkan:

وَأَنَا يَوْمَئِذٍ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ

"Ketika itu akan berumur 9 tahun." Riwayat Al-Bukhârî.

Beliau isteri yang paling dicintai oleh Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam setelah Khadîjah Radhiyallâhu 'Anhumâ, dan ini diketahui dengan kecemburuan beliau kepada Khadîjah Radhiyallâhu 'Anhumâ dalam keadaan beliau belum pernah melihat Khadîjah Radhiyallâhu 'Anhumâ, karena Khadîjah wafat sebelum beliau lahir. Beliau pernah berkata kepada Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam tentang Khadîjah karena cemburu padanya:

كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلاَّ خَدِيجَةُ

"Seakan-akan tidak ada di dunia seorang wanita kecuali Khadîjah." Maka Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ:

وَكَانَ لِي مِنْهَا وَلَدٌ

"Aku memiliki anak karena sebabnya." Riwayat Al-Bukhârî.

'Âisyah Radhiyallâhu' Anhâ mendapatkan ujian yang berat, ketika seorang munâfiq membuat fitnah kepadanya dengan menyebarkan berita dusta, hingga banyak manusia terfitnah oleh ulahnya, maka 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ menguatkan kesabarannya dan beliau berkata:

إِنِّي وَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُ أَنَّكُمْ سَمِعْتُمْ مَا يَتَحَدَّثُ بِهِ النَّاسُ، وَوَقَرَ فِي أَنْفُسِكُمْ وَصَدَّقْتُمْ بِهِ، وَلَئِنْ قُلْتُ لَكُمْ إِنِّي بَرِيئَةٌ. وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنِّي لَبَرِيئَةٌ لاَ تُصَدِّقُونِي بِذَلِكَ، وَلَئِنِ اعْتَرَفْتُ لَكُمْ بِأَمْرٍ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَنِّي بَرِيئَةٌ لَتُصَدِّقُنِّي وَاللَّهِ مَا أَجِدُ لِي وَلَكُمْ مَثَلاً إِلاَّ أَبَا يُوسُفَ إِذْ قَالَ: {فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ}

 "Sungguh demi Allâh, aku benar-benar telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang banyak dan kalianpun telah terbetik dalam hati kalian lalu membenarkan berita tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku bersih, dan Allâh Yang Maha Mengetahui bahwa aku benar-benar bersih, kalian pasti tidak akan membenarkanku tentang ini. Kalaupun aku mengakui kepada kalian tentang urusan ini padahal Allâh yang Maha Mengetahui bahwa aku benar-benar bersih, kalian pasti membenarkannya. Demi Allâh, aku tidak menemukan antara aku dan kalian suatu perumpamaan seperti ayah Yûsuf ketika beliau berkata: "Bersabarlah dengan sabar yang baik, dan Allâh tempat meminta pertolongan dari segala yang kalian gambarkan". (Surat Yûsuf : 18).
Ketika terjadi fitnah, yang menyebabkan pertikaian antara pasukan Amîrul Mu'minîn 'Alî dengan pasukan yang dipimpin oleh Ummul Mu'minîn 'Âisyah, maka Abû Bakrah berkata ketika mengetahui bahwa pasukan yang berhadapan dengan pasukan Amîrul Mu'minîn dipimpin oleh Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhum:

لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً

"Tidak akan menang suatu kaum yang mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seorang wanita."

Dengan kebijakan dan kepandaian Amîrul Mu'minîn 'Alî untuk menyelamatkan Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhum maka beliau berkata:

 اُعْقُرُوا الْجَمَلَ، فَإِنَّهُ إِنْ عُقِرَ تَفَرَّقُوْا

"Lumpuhkanlah onta itu, karena jika sesungguhnya onta itu dilumpuhkan maka pasukan yang ada di sekelilingnya akan bubar."
Kemudian Amîrul Mu'minîn 'Alî memerintahkan kepada Muhammad bin Abî Bakar Ash-Shiddîq saudara kandung Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhum dengan dibantu oleh beberapa orang lainnya supaya Muhammad bin Abî Bakar membawa pergi haudaj yakni tempat berteduh di atas onta yang berbentuk rumah kecil yang di dalamnya ada Ummul Mu'minîn 'Âisyah, dan Amîrul Mu'minîn 'Alî memerintahkan Muhammad bin Abî Bakar supaya memeriksa haudaj jangan sampai ada anak panah atau senjata lainnya yang bisa mengenai Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhum. 
Ini sebagai bentuk pemuliaan Amîrul Mu'minîn 'Alî kepada Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhumâ, kalau beliau tidak melakukan siasat tersebut maka pasti korban dari pasukan 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ akan bertambah banyak. 

Setelah kejadian tersebut, Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ kembali ke Madînah, beliau senantiasa berdiam diri di dalam rumahnya, hingga beliau wafat pada malam Selasa tanggal 17 Ramadhân 57 Hijriyyah. Sebelum wafat beliau berpesan supaya beliau dishalatkan oleh Abû Hurairah, kemudian Abû Hurairah mengimami sebagian para Shahabat dan Tabi'în menshalatkan jenazah beliau Radhiyallâhu 'Anhum, setelah itu dibawa ke pemakaman Baqî', dan yang menurunkan jenazah beliau ke dalam kubur adalah keponakan-keponakan beliau, yaitu dari putera-putera Asmâ', putera-putera 'Abdurrahmân dan putera-putera 'Abdullâh, semua mereka dari Banî Abî Bakr Ash-Shiddîq Radhiyallâhu 'Annâ wa 'Anhum. 

Dikutip dari kajian Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada pembacaan kitâb Al-Maqâlah (hadîts no. 10), pada hari Selasa tanggal 17 Syawwâl 1441 / 8 Juni 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.

http://alkhidhir.com/sirah/biografi-singkat-aisyah-ash-shiddiqah-radhiyallahu-anha/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar