📱 Pertanyaan:
Ustâdz apa maksud hadîts dari sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa sallam:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
"Seseorang itu diatas agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaklah memperhatikan siapa yang dijadikan teman." [Hadîts riwayat Abû Dâwud no. 4833 dan At Tirmidzi no. 2378. (Ash-Shahîhah no. 927)]
Berarti saya sudah terlalu salah melampui dalam bergaul dan berteman? Bisakah Ustâdz memahamkan saya apa maksud dari teman pada hadîts di atas? Syukran.
📲 Jawaban:
Penggunaan kata khalîl pada hadits tersebut bukanlah umum pada semua teman, namun itu khusus, yaitu teman terdekat atau orang terdekat, ini berdasarkan dalîl-dalîl, di antaranya:
1). Dalîl dari Al-Qur'ãn.
Allâh Ta'âlâ berkata:
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
"Allâh menjadikan Ibrâhîm sebagai orang terdekat." [An-Nisâ': 125].
Juga perkataan-Nya tentang orang yang menyesal:
يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
"Kecelakaan besarlah bagiku; seandainya aku dahulu tidak menjadikan fulan itu sebagai teman terdekat." [Al-Furqân: 28].
2) Dalîl dari As-Sunnah.
Berkata Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu:
أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ
"Telah berwasiat kepadaku orang terdekatku Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam dengan tiga perkara...."
Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu banyak menggunakan kata khalîl ini khusus kepada orang terdekatnya seperti Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, ketika datang orang-orang 'Arab badui bertanya kepadanya:
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ هَذَا اللَّهُ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ؟
"Wahai Abû Hurairah, ini adalah Allâh, lalu siapa yang menciptakan Allah?."
Maka Abû Hurairah mengambil kerikil dengan telapak tangan beliau lalu beliau lemparkan kepada mereka, kemudian beliau berkata:
قُومُوا قُومُوا صَدَقَ خَلِيلِي
"Berdirilah kalian, berdirilah kalian, telah benar teman terdekatku."
Yakni Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam telah benar pada perkataannya:
لاَ يَزَالُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ هَذَا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ؟
"Akan senantiasa orang-orang akan bertanya, sampai dikatakan ini adalah Allâh yang telah menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allâh?." Hadîts riwayat Muslim.
Jika kita melihat kepada teladan kita Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam maka kita akan ketahui bahwasanya beliau memiliki teman pula dari kalangan orang badui dan juga ada dari kalangan anak-anak dan para wanita namun tidaklah mereka itu dikatakan sebagai khalîl bagi beliau, namun cukup mereka dinamai sebagai teman, yang terkadang datang dalam bentuk kata shahâbî, di dalam "Ash-Shahîh" dari hadîts Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ, bahwasanya Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam berkata:
لَيْتَ رَجُلاً صَالِحًا مِنْ أَصْحَابِي يَحْرُسُنِي اللَّيْلَةَ
"Seandainya ada seseorang dari para shahabatku yang baik, dia mengawaniku pada malam ini."
Beliau sebutkan sebelum kata ashhâbî (teman-temanku) dengan kata shâlihan (yang baik), ini mengeluarkan teman-teman yang tidak baik, karena terkadang orang munafik ikut pula dalam barisan kaum Muslimîn, terkadang ikut shalat dan jihâd serta bersedekah, sehingga keberadaan mereka ini dinilai oleh orang yang tidak mengetahui hakekat mereka sebagai teman-teman, sebagaimana pada kisah Dzul Khuwaisirah, dia nampak dalam suatu pasukan bersama para Shahabat, sehingga berani memprotes Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, kemudian 'Umar Ibnul Khaththâb Radhiyallâhu 'Anhu ingin memenggal kepalanya, maka Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam berkata:
دَعْهُ لاَ يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ
"Biarkanlah dia, supaya manusia tidak bercerita bahwa Muhammad Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam membunuh teman-temannya."
Kata teman ini digunakan pula pada setiap orang yang menemani duduk atau yang disebut dengan jalîs, berkata Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ
"Sesungguhnya permisalan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jelek..." Al-Hadîts.
Kata teman ini digunakan pula pada teman pergaulan atau pendamping yang disebut dengan "qarîn", berkata Allâh Ta'âlâ:
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ
"Berkata orang yang berkata dari kalangan mereka: Sesungguhnya aku dahulu memiliki teman." [As-Saffât: 51].
Kesimpulan dari kata khalîl pada hadits tersebut adalah pengkhususan dalam menentukan teman terdekat. Adapun teman biasa seperti teman jualan, teman dagang, teman bisnis, teman usaha, teman bertetangga atau teman kerja maka semua mereka masuk pada keumuman teman, tidak masuk dalam kekhususan sebagai khalîl, Wallâhu A'lam.
Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Jammalahullâh pada tanggal 20 Jumâdal Úlâ 1438 di Sampang Cilacap.
⛵⛵⛵
http://t.me/majaalisalkhidhir