1. Bertaqwâ dan beriman.
Berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِینَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ وَأَلۡزَمَهُمۡ كَلِمَةَ ٱلتَّقۡوَىٰ وَكَانُوۤا۟ أَحَقَّ بِهَا وَأَهۡلَهَاۚ
"Lalu Allâh menurunkan ketenangan kepada Rasûl-Nya, dan kepada orang-orang beriman, Allâh mewajibkan kepada mereka kalimat taqwâ, keberadaan mereka berhak dengan kalimat taqwâ itu dan patut memilikinya." [Surat Al-Fath: 26].
2. Bertauhîd.
Berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَلَمۡ یَلۡبِسُوۤا۟ إِیمَـٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan suatu kezhaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." [Surat Al-An'âm: 82].
Kezhaliman yang dimaksud pada ayat adalah kesyirikan, Al-Bukhârî dan Muslim telah meriwayatkan:
عَنْ وَكِيعٍ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا لاَ يَظْلِمُ نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ هُوَ كَمَا تَظُنُّونَ إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ: يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Dari Wakî' dari Al-A'masy dari Ibrâhîm dari 'Alqamah dari 'Abdullâh (yakni Ibnu Mas'ûd), beliau berkata: "Tatkala turun ayat: "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan suatu kezhaliman." Merasa berat atas itu para Shahabat Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, mereka berkata: "Siapa di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya?." Berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam: "Bukanlah itu seperti yang kalian sangka, akan tetapi itu seperti yang dikatakan oleh Luqmân kepada puteranya: "Wahai puteraku janganlah kamu menyekutukan Allâh, karena menyekutukan Allâh benar-benar kezhaliman yang besar."
3. Taat dan patuh kepada Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam.
Berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
لَّقَدۡ رَضِیَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ إِذۡ یُبَایِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِی قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِینَةَ عَلَیۡهِمۡ وَأَثَـٰبَهُمۡ فَتۡحࣰا قَرِیبࣰا
"Sesungguhnya Allâh telah ridhâ terhadap orang-orang beriman ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Allâh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat waktunya." [Surat Al-Fath: 18].
4. Menjauhi ketidaktenangan dan tempat-tempatnya.
Berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:
سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ، وَالْقَائِمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي، وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي، مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ، فَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ
"Akan ada berbagai macam fitnah, orang yang duduk padanya itu lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri itu lebih baik daripada orang yang berjalan, orang yang berjalan padanya itu lebih baik daripada orang yang berlari. Orang yang mendekat kepadanya maka dia akan terjerumus ke dalamnya, barangsiapa mendapati tempat bernaung atau tempat berlindung maka hendaklah dia berlindung darinya." Riwayat Al-Bukhârî.
5. Mencari ilmu.
Berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allâh memudahkannya baginya jalan menuju Surga, dan tidaklah berkumpul suatu kaum di suatu rumah dari rumah-rumah Allâh, mereka membaca Kitâbullâh dan saling mengajarkannya kecuali Allâh akan turunkan ketenangan kepada mereka, Dia akan melimpahkan rahmat kepada mereka, para malaikat akan menaungi mereka dan Allâh akan menyebut-nyebut mereka ke siapa saja yang ada di sisi-Nya." Riwayat Muslim.
6. Bertanya kepada orang berilmu.
Cukup kisah pembunuh 100 jiwa sebagai pelajaran, bahwasanya dirinya tidak merasa tenang karena dosa besarnya membunuh 100 jiwa, hingga beliau bertanya kepada orang berilmu. Dengan sebab itu beliau memperoleh ketenangan dan mendapatkan ampunan, kemudian khatîb (yakni Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir) menceritakan kisahnya yang diriwayatkan oleh Al-Bukhârî dan Muslim.
Berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
فَسۡـَٔلُوۤا۟ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
"Maka bertanyalah kalian kepada orang-orang berilmu jika kalian tidak mengetahui." [Surat An-Nahl: 43].
Dan Berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
وَإِذَا جَاۤءَهُمۡ أَمۡرࣱ مِّنَ ٱلۡأَمۡنِ أَوِ ٱلۡخَوۡفِ أَذَاعُوا۟ بِهِۦۖ وَلَوۡ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰۤ أُو۟لِی ٱلۡأَمۡرِ مِنۡهُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِینَ یَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡۗ
"Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, lalu mereka menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasûl dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya dapat mengetahuinya dari Rasûl dan Ulil Amri itu." [Surat An-Nisâ': 83].
7. Berdzikir.
Berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَتَطۡمَىِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَىِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ
"Orang-orang yang beriman dalam keadaan tenang hati mereka karena berdzikir kepada Allâh, ketahuilah hanya dengan berdzikir kepada Allâh hati menjadi tenang." [Surat Ar-Ra'd: 28].
Diringkas dari khutbah Jum'at Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada 23 Shafar 1442 / 9 Oktober 2020 di Masjid Al-Kautsar Kp Tenggilis Mustikajaya Bekasi.