📱 Pertanyaan:
Di masa fitnah sekarang ini, terutama di Indonesia. Banyak umat Islâm yang ditunggangi untuk keperluan politik. Sampai-sampai kaum ibu-ibu yang diajak turun ke jalanan. Banyak dari mereka memakai kisah 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ yang pernah memimpin pergerakan ketika perang dengan 'Alî Radhiyallâhu 'Anhu sebagai dalîl bolehnya ummahat turun melakukan aksi. Bagaimana menjawab atau membantah syubhat tersebut Ustâdz?
📲 Jawaban:
Seandainya Amîrul Mu'minîn 'Alî bin Abî Thâlib Radhiyallâhu 'Anhu masih hidup dan beliau menyaksikan ibu-ibu muslimah turun ke jalan untuk melakukan aksi maka pasti beliau akan membubarkan mereka sebagaimana dahulu beliau telah membubarkan pasukan yang dipimpin oleh 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ pada perang Jamal, di dalam "Târikh Ath-Thabrânî" disebutkan oleh Ibnu Jarîr Ath-Thabrânî Rahmatullâh 'Alaih bahwa 'Alî bin Abî Thâlib memerintahkan beberapa pasukannya supaya melukai dan melumpuhkan onta yang dinaiki oleh Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ, beliau berkata kepada mereka:
اُعْقُرُوا الْجَمَلَ، فَإِنَّهُ إِنْ عُقِرَ تَفَرَّقُوْا
"Lumpuhkanlah onta itu, karena jika sesungguhnya unta itu dilumpuhkan maka pasukan yang ada di sekelilingnya akan bubar."
Kemudian Amîrul Mu'minîn 'Alî bin Abî Thâlib Radhiyallâhu 'Anhu memerintahkan kepada Muhammad bin Abî Bakar Ash-Shiddîq saudara kandung Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhum dengan dibantu oleh beberapa orang lainnya supaya Muhammad bin Abî Bakar membawa pergi haudaj yakni tempat berteduh di atas onta yang berbentuk rumah kecil yang di dalamnya itu ada Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ, dan Amîrul Mu'minîn 'Alî bin Abî Thâlib Radhiyallâhu 'Anhu memerintahkan Muhammad bin Abî Bakar supaya memeriksa haudaj jangan sampai ada anak panah atau senjata lainnya yang bisa mengenai Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ. Ini sebagai bentuk pemuliaan 'Alî bin Abî Thâlib Radhiyallâhu 'Anhu kepada ibu orang-orang beriman, kalau beliau tidak melakukan siasat tersebut maka pasti korban dari pasukan 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ akan bertambah banyak dan pasti pasukan 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ akan kalah total, karena Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam telah katakan:
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً
"Tidak akan menang suatu kaum yang mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seorang wanita."
Dan Abû Bakrah Radhiyallâhu
'Anhu ketika melihat pasukan yang akan bertempur melawan pasukan Amîrul Mu'minîn 'Alî bin Abî Thâlib itu dipimpin oleh Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ maka beliau langsung mengucapkan hadîts tersebut sehingga diriwayatkan oleh Al-Hasan darinya, bahwa beliau berkata:
لَقَدْ نَفَعَنِي اللَّهُ بِكَلِمَةٍ أَيَّامَ الْجَمَلِ لَمَّا بَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ فَارِسًا مَلَّكُوا ابْنَةَ كِسْرَى
"Sungguh benar-benar Allâh telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu hadîts tentang kejadian perang Jamal, tatkala sampai kepada Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam bahwasanya orang-orang Persia telah mengangkat Putri Kaisar sebagai ratu mereka."
Kalau mereka yang turun ke jalan untuk melakukan aksi itu berdalil dengan perbuatan Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallahu 'Anhâ maka ketahuilah bahwa mereka telah terjatuh ke dalam kesalahan dan mereka telah mempersulit diri mereka sendiri, Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ dimuliakan, tetap berada di dalam haudaj di atas kendaraannya, sementara mereka yang turun di jalan melakukan aksi mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya, mandi keringat dan diliputi keletihan serta kegundahan bahkan emosi dan amarah menyambar mereka sehingga semakin berapi-api semangat di atas ketidakjelasan. Mereka meninggalkan perjuangan yang termulia dan beralih kepada perjuangan yang tidak jelas, kalaulah mereka ingin jihâd yang hakiki maka hendaklah mereka terus berjuang mencetak generasi unggul, melahirkan itu adalah seutama-utama jihâd bagi kaum hawa, mati karena melahirkan itu adalah sebenar-benar mati syahîd. Sangat mengherankan atas sebagian mereka ingin jihâd dan ingin mati syahîd namun mereka meninggalkan medan yang sesungguhnyadan menuju ke medan yang tidak ada kejelasan padanya:
ﺗَﺮْﺟُﻮ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺓَ ﻭَﻟَﻢْ ﺗَﺴْﻠُﻚْ ﻣَﺴَﺎﻟِﻜَﻬَﺎ *
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻨَﺔَ ﻻَ ﺗَﺠْﺮِﻱ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟْﻴَﺒَﺲِ
"Kamu mengharapkan keselamatan namun kamu tidak menempuh jalan-jalannya
Sesungguhnya kapal tidak akan berlayar di atas tempat yang kering."
Sebenarnya kalau ibu-ibu muslimah yang turun di jalan untuk melakukan aksi itu benar-benar mereka meneladani Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ maka sungguh mereka tidak akan mau mengulangi turun ke jalan untuk melalukan aksi, karena Ummul Mu'minîn 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ setelah kejadian pada perang Jamal, beliau tidak lagi melakukan perbuatan tersebut, bahkan setelah kejadian itu beliau bertambah baik hubungan kekeluargaannya dengan Amîrul Mu'minîn 'Alî bin Abî Thâlib Radhiyallâhu 'Anhu.
Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada malam Jum’at 26 Ramadhan 1440 / 31 Mei 2019 di Mutiara Gading Timur Bekasi.
⛵️ http://t.me/majaalisalkhidhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar