Pertanyaan:
Ustâdz, bagaimana caranya supaya kami tidak meremehkan karunia Allâh atas kami? Mohon nasehat dan bimbinglah kami agar kami bisa ridhâ. Terima kasih.
Jawaban:
Kami nasehatkan dengan perkataan Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
"Lihatlah oleh kalian kepada orang yang lebih rendah dunianya di antara kalian dan janganlah kalian melihat kepada orang yang dunianya di atas kalian, karena itu akan membuat kalian untuk tidak meremehkan ni'mat Allâh atas kalian.” Riwayat Muslim.
Orang-orang seperti kita jangan sekali-kali melihat kepada orang yang di atas kita pada perkara kelebihan dan keni'matan dunia, terkadang orang yang berkelebihan dunianya untuk mendapatkan uang ratusan ribu rupiah itu hanya hitungan jam, sedangkan orang-orang yang dunianya di bawah kita untuk mendapatkan ratusan ribu rupiah itu terkadang memerlukan waktu sebulan atau terkadang lebih. Oleh karena itu supaya tidak berputus asa dan tidak meremehkan keni'matan dan karunia Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ maka hendaklah kita melihat kepada saudara-saudari kita yang lebih rendah dunianya daripada kita.
Sungguh kita sangat kagum terhadap seorang ibu, suaminya berusaha untuk bisa menjamin kehidupan rumah tangga namun isterinya masih ingin berusaha sehingga dari usahanya dapat ia gunakan untuk bersedekah dan membantu yang lemah. Tatkala suaminya mengetahui pendapatan isterinya pada bulan yang pertama hanya Rp 300.000, suaminya terharu. Di saat mendengarkan ucapan isterinya: "Alhamdulillâh bisa mendapatkan uang seperti ini dengan tanpa menerlantarkan anak-anak, dan masih bisa membantu dakwah sebisa mungkin." membuat suaminya meneteskan air mata, Mâsyâ Allâh.
Sungguh mengingatkan kita dengan Salmân Al-Fârisî Radhiyallâhu 'Anhu wa 'Annâ, beliau tatkala masih berstatus sebagai budak, beliau mengumpulkan kurma untuk beliau sedekahkan dan atau hadiahkan kepada Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam dan para Shahabatnya dalam keadaan beliau sebagai budak ketika itu, tentu lebih sulit untuk bisa mendapatkan kurma, namun masyâ Allâh niat baik dan keinginan yang tinggi dapat beliau lakukan. Lâ haula walâ quwwata illâ Billâh.
Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada malam Ahad tanggal 5 Dzulhijjah 1440 / 26 Juli 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar