Bagaimana kita menyikapi perkataan para Ashhâbus Siyar itu Ustâdz? Bolehkah kita yakini?
Jawaban:
Ashhâbus Siyar jika mereka meriwayatkan suatu kisah maka kita melihat kepada isi kisahnya, apabila isi kisahnya tidak benar maka kita ingkari dan apabila isi kisahnya benar maka kita terima, karena Ashhâbus Siyar terkadang meriwayatkan secara mursal namun jalur periwayatannya berbilang, yaitu suatu riwayat bersesuaian dan bercocokan dengan riwayat yang lainnya atau riwayatnya itu telah masyhûr maka riwayatnya ini dapat diterima. Demikian pula kalau Ashhâbus Siyar meriwayatkan kisah yang jalur periwayatannya shahîh sampai kepada Shahabat dari Banî Isrâîl maka kisahnya dapat diterima, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam kepada para Shahabatnya:
وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلاَ حَرَجَ
"Ceritakanlah dari Banî Isrâîl, tidak mengapa." Riwayat Al-Bukhârî.
Apabila Ashhâbus Siyar menyebutkan riwayat Isrâîliyât maka kita tidak dapat mengingkari dan tidak pula membenarkan, karena Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam telah katakan:
لاَ تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ، وَلاَ تُكَذِّبُوهُمْ وَ: قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ. الآيَةَ
"Janganlah kalian membenarkan Ahlul Kitâb, jangan pula mendustakan mereka, dan: "Ucapkanlah kami beriman kepada Allâh dan kepada apa yang telah Dia turunkan." Riwayat Al-Bukhârî dari Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu.
Kita akan membenarkan riwayat Isrâîliyât jika bercocokan dengan Al-Qur’ãn dan As-Sunnah, berkata 'Abdullâh bin Mas'ûd Radhiyallâhu 'Anhu:
جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ، إِنَّا نَجِدُ أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالْمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، وَسَائِرَ الْخَلاَئِقِ عَلَى إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ. فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الْحَبْرِ
"Seseorang yang berilmu dari kalangan 'ulamâ Yahûdî datang menemui Rasûlullâh lalu berkata: Wahai Muhammad Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, sesungguhnya kami mendapati bahwa Allâh meletakan berbagai langit pada satu jari, berbagai bumi pada satu jari, pohon-pohon pada satu jari, air dan tanah pada satu jari dan seluruh makhluk pada satu jari, lalu Allâh berkata: "Aku adalah Al-Malik." Maka Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam tertawa hingga terlihat gigi seri beliau sebagai pembenaran terhadap perkataan orang berilmu dari kalangan 'ulamâ Yahûdî tersebut." Riwayat Al-Bukhârî (no. 4811).
Kita akan mendustakan Riwayat Isrâîliyât jika bertentangan dengan Al-Qur’ãn dan As-Sunnah, ini seperti yang diriwayatkan oleh Al-Bukhârî di dalam "Shahîh"nya (no. 4528):
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ ابْنِ الْمُنْكَدِرِ سَمِعْتُ جَابِرًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَتِ الْيَهُودُ تَقُولُ: إِذَا جَامَعَهَا مِنْ وَرَائِهَا جَاءَ الْوَلَدُ أَحْوَلَ. فَنَزَلَتْ: نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ
"Telah menceritakan kepada kami Abû Nu'aim, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyân, dari Ibnul Munkadir, beliau berkata: Aku mendengar Jâbir Radhiyallâhu 'Anhu berkata: Orang-orang Yahûdî mengatakan: Jika seseorang berjima' dari arah belakang maka akan lahir anaknya dalam keadaan bermata juling. Lalu turunlah ayat: "Isteri-isteri kalian itu adalah ladang bagi kalian, maka datangilah oleh kalian ladang kalian dari sesuka kalian."
Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada malam Ahad tanggal 10 Ramadhân 1441 / 3 Mei 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar