Beliau adalah 'Abdullâh bin 'Amr Ibnul 'Âsh bin Wâil bin Hâsyim Al-Qurasî As-Sahmî.
Ibu beliau adalah Rîthah bintu Munabbih Ibnul Hajjâj As-Sahmî.
Kunyah beliau adalah Abû Muhammad. Beliau masuk Islâm lebih dahulu daripada ayahnya, selisih usia dengan ayahnya 12 tahun, ini terjadi karena ayahnya nikah pada usia sangat muda.
'Abdullâh bin 'Amr Radhiyallâhu 'Anhumâ dikenal sebagai seorang Shahabat yang sangat kuat beribadah hingga beliau sangat banyak ibadahnya, beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur'ãn dalam semalam, dan beliau juga sanggup berpuasa setiap hari, Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam bertanya kepada beliau:
إِنَّكَ لَتَصُومُ الدَّهْرَ، وَتَقُومُ اللَّيْلَ
"Bahwasanya kamu benar-benar berpuasa setiap hari dan shalat setiap malam?"
Beliau membenarkan pertanyaan Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, lalu Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam berkata kepadanya:
فَصُمْ صَوْمَ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
"Puasalah dengan puasa Dâwud 'Alaihis Salâm, beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari." Riwayat Al-Bukhârî (no. 1979).
Beliau termasuk Shahabat yang banyak meriwayatkan hadîts, berkata Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu:
مَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدٌ أَكْثَرَ حَدِيثًا عَنْهُ مِنِّي، إِلاَّ مَا كَانَ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو فَإِنَّهُ كَانَ يَكْتُبُ وَلاَ أَكْتُبُ
"Tidaklah ada dari para Shahabat Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam yang lebih banyak hadîtsnya darinya daripada aku, kecuali apa yang ada pada 'Abdullâh bin 'Amr karena sesungguhnya beliau menulis sedangkan aku tidak menulis." Riwayat Al-Bukhârî (no. 113).
Namun kenyataan hadîts yang paling banyak sampai kepada kita adalah hadîts dari Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu, demikian itu terjadi karena beberapa sebab, di antaranya:
1) 'Abdullâh bin 'Amr Radhiyallâhu 'Anhumâ merasa cukup dengan apa yang disampaikan oleh Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu, supaya beliau lebih terfokus kepada ibadah.
2) Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu lebih banyak meluangkan waktunya untuk menyampaikan hadîts.
3) Perhatian murid-murid Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu terhadap riwayatnya, karena seorang guru akan dikenal keilmuannya bila para murid mendukungnya dalam menyampaikan dan mengumpulkan ilmunya.
4) Karena Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu telah didoakan oleh Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:
مَنْ يَبْسُطْ رِدَاءَهُ حَتَّى أَقْضِيَ مَقَالَتِي ثُمَّ يَقْبِضْهُ، فَلَنْ يَنْسَى شَيْئًا سَمِعَهُ مِنِّي
"Barangsiapa membentangkan kain selendangnya hingga aku menyelesaikan ucapanku kemudian dia menggenggamnya maka dia tidak akan pernah lupa terhadap sesuatu yang dia telah mendengarkannya dariku?."
Berkata Abû Hurairah Radhiyallâhu 'Anhu:
فَبَسَطْتُ بُرْدَةً كَانَتْ عَلَيَّ، فَوَالَّذِي بَعَثَهُ بِالْحَقِّ مَا نَسِيتُ شَيْئًا سَمِعْتُهُ مِنْهُ
"Lalu aku membentangkan kain selendang yang ada padaku, demi Allâh Yang telah mengutusnya dengan kebenaran, tidaklah aku melupakan suatupun yang aku telah mendengarkannya darinya." Riwayat Al-Bukhârî.
Dinukil dari kajian Al-Ustadz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada pembacaan kitâb Al-Maqâlah (no. 7), hari Jum'at tanggal 15 Ramadhân 1441 / 8 Mei 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar