Mau nanya, apa benar ada shalat tarâwih yang 8 raka'at sekalian dengan satu salâm? Bahkan ada 9 raka'at sekali salâm, sekalian witir?
Jawaban:
'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ pernah menceritakan tentang shalat lail Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:
يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَرَكَعَ
"Beliau shalat 8 raka'at lalu shalat witir kemudian shalat dua raka'at dalam keadaan duduk, ketika beliau hendak rukû maka beliau berdiri." Riwayat Muslim (no. 1758).
Yakni 8 raka'at sekali salâm, kemudian witir satu raka'at, setelah itu shalat dua raka'at dalam keadaan duduk.
Pada riwayat setelah hadîts tersebut (no.1759):
تِسْعَ رَكَعَاتٍ قَائِمًا يُوتِرُ مِنْهُنَّ
"Beliau shalat 9 raka'at dalam keadaan berdiri, beliau shalat witir pada sebagiannya." Yakni 9 raka'at sekali salâm sudah termasuk witirnya kemudian shalat dua raka'at sebagaimana pada riwayat sebelumnya.
Pada pelaksanaan 8 raka'at atau 9 raka'at dengan sekali salâm merupakan perkara yang telah dicontohkan oleh Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, dan ini tidak dapat dita'wil pelaksanaannya harus 2 raka'at 2 raka'at salâm, karena telah datang pula suatu riwayat menyebutkan bahwa beliau shalat 4 raka'at 4 raka'at lalu witir, berkata 'Âisyah Radhiyallâhu 'Anhâ:
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا
"Tidaklah Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam menambah pada bulan Ramadhân dan tidak pula pada selain Ramadhân lebih dari 11 raka'at, beliau shalat 4 raka'at dan jangan kamu bertanya tentang bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat 4 raka’at dan jangan kamu bertanya tentang bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat witir tiga raka'at." Riwayat Al-Bukhârî (no. 1147) dan diriwayatkan pula oleh Muslim (no. 1757).
Melaksanakan shalat lail dengan tata cara seperti ini tentu memberatkan atas sebagian orang, oleh karena itu ketika Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam ditanya tentang shalat lail maka beliau menjawab:
مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خَشِيَ الصُّبْحَ صَلَّى وَاحِدَةً، فَأَوْتَرَتْ لَهُ مَا صَلَّى
"Dua raka'at 2 raka'at, jika salah seorang di antara kalian khawatir waktu shubuh masuk maka hendaklah shalat satu raka'at, dia shalat witir terhadap shalat yang telah dia lakukan." Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhârî dari Musaddad, dari Bisyr Ibnul Mufadhdhal, dari 'Ubaidillâh, dari Nâfi' dari 'Abdullâh bin 'Umar Radhiyallâhu 'Anhumâ.
Dua raka'at 2 raka'at ini yang banyak dilakukan oleh Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam namun bukanlah riwayat ini meniadakan riwayat-riwayat yang tadi kita sebutkan, akan tetapi hendaklah bagi seseorang mengamalkan yang termudah baginya dan mengamalkan pula tata cara yang lainnya sehingga dia teranggap dapat mengamalkan sunnah-sunnah yang lainnya.
Semoga Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ memberikan taufik kepada kita untuk dapat mengamalkan sunnah-sunnah yang telah shahîh dari Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam.
Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh setelah kajian Al-Mabâdiul Mufîdah pada malam Jum'at tanggal 22 Ramadhân 1441 / 15 Mei 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar