Halaman

Rabu, 13 Mei 2020

KESAMAAN SHALAT TARÂWIH DAN TAHAJJUD


Pertanyaan:
Ustâdz, kalau tarâwih di masjid sudah witir terus tidur malam, lalu bangun tahajjud, harus witir lagi tidak? 

Jawaban:
Shalat tarâwih merupakan suatu penamaan terhadap shalat lail yang dilakukan pada bulan Ramadhân, demikian pula shalat tahajjud merupakan suatu penamaan terhadap shalat lail yang dilakukan setelah bangun dari tidur malam, berkata 'Abdullâh bin 'Abbâs Radhiyallâhu 'Anhumâ:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَتَهَجَّدُ قَالَ

"Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam jika bangun pada sebagian malamnya untuk shalat tahajjud maka beliau berdoa..." Riwayat Al-Bukhârî (no. 1120). 
Ketika seseorang merasa mampu untuk shalat lail di awal malam, yakni setelah shalat 'isyâ dan juga merasa mampu untuk bangun shalat lail pada tengah malam maka hendaklah dia melaksanakan shalat lailnya seperti shalat Dâwud 'Alaihish Shalâtu was Salâm, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ

"Shalat yang paling dicintai oleh Allâh adalah shalat Dâwud, beliau tidur pada sebagian malamnya lalu bangun untuk shalat pada sepertiga malamnya kemudian pada tidur seperenam malamnya." Riwayat Al-Bukhârî (no. 3420). 
Hendaklah dia tidak witir pada shalat yang di awal malamnya, namun dia witirnya di shalat yang tengah malamnya, karena witir adalah penutup shalat lail, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا

"Jadikanlah witir sebagai ãkhir terhadap shalat malam kalian." Riwayat Al-Bukhârî (no. 998). 

Dahulu para Shahabat melakukan shalat lail berbeda-beda waktu pelaksanaannya, sebagian mereka melakukannya di awal malam yakni setelah shalat 'isyâ', sebagian mereka di tengah malam dan sebagian mereka di akhir malam, karena waktu shalat lail panjang, yaitu dari setelah shalat 'isyâ hingga akan masuk waktu shubuh. Nabî Shallallâhu' Alaihi wa Sallam berkata kepada orang yang shalat lailnya panjang atau orang yang shalat lail di akhir malam:

فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

"Jika salah seorang di antara kalian khawatir waktu shubuh akan masuk maka hendaklah dia shalat witir satu raka'at, dia shalat witir sebagai penutup terhadap shalat yang telah dia lakukan." Riwayat Al-Bukhârî (no. 990).

Seseorang yang telah melaksanakan shalat lail di awal malam dan dia telah witir, lalu bangun tengah malam atau bangun di sepertiga malam terakhir, jika dia ingin shalat maka hendaklah dia shalat dengan shalat yang memiliki sebab, seperti shalat karena selesai wudhû sehingga ikatan setan dapat terlepas seluruhnya, berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ

"Setan akan mengikat dengan tiga tali ikatan pada otak kepala salah seorang di antara kalian di saat dia tidur, setan menjadikan ayunan pada setiap tali ikatannya sambil berkata: “Malam masih panjang bagimu, maka tidurlah”. Jika dia bangun lalu berdzikir kepada Allâh maka lepaslah tali ikatan yang pertama, jika dia berwudhu maka lepaslah tali ikatan yang kedua, jika dia shalat maka lepaslah tali ikatan yang ketiga sehingga pagi hari dia sehat dan tentram pada jiwanya. Jika tidak dia lakukan itu, maka pada waktu paginya dia gundah pada jiwanya dan malas.” Riwayat Al-Bukhârî (no. 1142).

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh sebelum kajian Al-Mumti' Syarhul Qawâ'idil Arba' pada hari Kamis tanggal 21 Ramadhân 1441 / 14 Mei 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar