Halaman

Rabu, 22 Januari 2020

SALAFÎ DI JABODETABEK


✉️ Pertanyaan:
Ustâdz bisakah Antum meluruskan perkataan ini: "Di Jabodetabek tidak ada salafî kecuali beberapa saja."

📩 Jawaban:
Perkataan "Di Jabodetabek tidak ada salafî kecuali beberapa orang saja." ini kami dengarkan ketika kami sudah di Bekasi ini, kami mengira yang mengucapkan ini hanya seseorang saja, ternyata sudah beberapa orang, bahkan ini yang masyhur di kalangan mereka, sampai terperinci yang dimaksud salafî menurut mereka yaitu seseorang yang ada di Bekasi, seorang lagi di Cileungsi, dua orang lagi di Jakarta, beberapa orang lagi di Tangerang. Jadi di Bekasi yang kita sekarang berada padanya menurut mereka tidak ada salafî, di tempat kita dakwah di Depok bersama ikhwah di sana dikatakan juga tidak ada salafî di sana, Wallâhul Musta'ân.

Mungkin kalau orang yang mudah emosi mendengarkan pernyataan tersebut akan marah-marah, namun kami tersenyum ketika mendengarkan perkataan tersebut, karena mengingatkan kami dengan seseorang yang berkulit hitam asal Afrika, dulu waktu kami di Jâmi' Al-Fath Baihân di Shan'â kami mendengarkan orang tersebut menyatakan bahwa tidak didapati seorang pun salafî di tengah-tengah puluhan masyâyikh dan ratusan penuntut ilmu di Jâmi' Al-Fath kecuali hanya dia dan Asy-Syaikh Yahyâ serta seorang syaikh lagi yang masih salafî, semuanya bukan salafiyyun tapi hizbiyyun, akhirnya orang tersebut merasa sangat tidak betah di Jâmi' Al-Fath karena di lingkungan hizbiyyah menurutnya, pada akhirnya dia pulang ke Afrika sampai di Afrika dia menyesal dan ingin kembali ke Yaman, tapi apa boleh buat sudah terjadi perang dan sulit untuk bisa kembali ke Yaman, Alhamdulillâh dia masih bisa menyesali.

Tinggal kita lihat bagaimana dengan mereka yang menyatakan bahwa  "Di Jabodetabek tidak ada salafî kecuali beberapa orang saja." bisakah mereka bertahan di Jabodetabek?
Sungguh sangat mengherankan, bagaimana mereka bisa menyatakan dengan pernyataan itu sementara Nabiullâh Mûsâ 'Alaihish Shalâtu Was Salâm saja ketika didatangi oleh seseorang lalu bertanya kepadanya:

أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟

"Siapa orang yang paling berilmu?."
Nabiullâh Mûsâ 'Alaihish Shalâtu Was Salâm langsung mengatakan:

 أَنَا أَعْلَمُ

"Aku paling berilmu."
Jawaban beliau ini ternyata tidak dibenarkan:

فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ، إِذْ لَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ إِلَيْهِ

"Lalu Allâh menegurnya karena dia tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya."

Karena masyhur pernyataan bahwa "Di Jabodetabek tidak ada salafî kecuali beberapa orang saja." sehingga sempat ada ikhwah yang hadir di majlis ini bertanya: Kenapa hanya beberapa orang itu yang dianggap salafî? Maka kita jawab: "Mungkin karena mereka pernah menyampaikan isu-isu tentang kita dan dakwah kita di Jabodetabek atau mungkin mereka pernah mentahdzir dari kita dan dakwah kita maka mereka dikenal, kalau seseorang tidak bisa berdakwah namun dia ingin dikenal maka cukup baginya berupaya menjelekkan orang yang giat berdakwah maka pasti dia akan dikenal, sebagaimana ketika dia tidak bisa mengurusi air zam-zam sementara dia ingin terkenal karenanya maka coba dia kencingi air zam-zam dengan itu pasti dia akan dikenal:

بُلْ عَلَى زَمْزَمَ فَتُعْرَفُ 

"Kencingilah air zam-zam maka kamu akan dikenal."

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada malam Jum'at 24 Jumadil Akhir 1440 / 1 Maret 2019 di Kemang Pratama 3 Bekasi. 

⛵️ http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar