Halaman

Kamis, 23 Januari 2020

HUKUM MENJAMA' SHALAT BAGI ORANG YANG SAKIT


📱 Pertanyaan:
Ibu sudah di rumah tapi belum kuat benar. Belum kuat untuk bolak balik wudhu, tolong tanyakan Ustâdz, bolehkah shalatnya dijama'?

📲 Jawaban:
Alhamdulillâh jika ibu sudah di rumah, mudah-mudahan lekas sembuh, kembali sehat sebagaimana biasanya dan semoga Allâh senantiasa memberikan perlindungan dan penjagaan kepada ibu sekeluarga.

Dengan keadaan ibu seperti itu maka boleh bagi ibu menjama' shalat, Al-Imâm Al-Bukhârî pada salah satu bâb di dalam kitâb "Shahîh"nya telah menukilkan perkataan 'Athâ' Rahimahullâh, yaitu:

يَجْمَعُ الْمَرِيضُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ

"Orang yang sakit menjama' shalat maghrib dengan shalat 'isyâ'."
Demikian pula menjama' shalat zhuhur dengan shalat 'ashar, karena orang sakit seperti itu mendapatkan keringanan untuk menjama' shalat sebagaimana orang yang safar. Hanya saja yang membedakan adalah orang yang sakit menjama' shalatnya dengan jama' tâmmah (secara sempurna), sedangkan orang yang safar menjama' shalatnya dengan jama' qashar. 

Orang yang sakit melakukan shalat maghrib 3 raka'at, setelah salâm melanjutkan shalat isya' 4 raka'at. Demikian pula pada pelaksanaan shalat zhuhur 4 raka'at, setelah salâm melanjutkan shalat 'ashar 4 raka'at, berkata 'Abdullâh bin 'Abbâs Radhiyallâhu 'Anhumâ:

 صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعًا جَمِيعًا وَثَمَانِيًا جَمِيعًا

"Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam shalat 7 raka'at karena menjama' dan beliau shalat 8 raka'at karena menjama'" Riwayat Al-Bukhârî (no. 562). 
Yakni beliau menjama' shalat maghrib dengan shalat 'isya' sehingga keseluruhannya menjadi 7 raka'at. Demikian pula beliau menjama' shalat zhuhur dengan shalat 'ashar sehingga keseluruhannya menjadi 8 raka'at.

Adapun orang yang safar maka dia melakukan shalat maghrib 3 raka'at, setelah salâm dia lanjutkan shalat 'isya' 2 raka'at. Demikian pula pada shalat zhuhur dia lakukan 2 raka'at, setelah salâm dia lanjutkan shalat 'ashar 2 raka'at, berkata 'Abdullâh bin 'Abbâs Radhiyallâhu 'Anhumâ:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ صَلاَةِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ إِذَا كَانَ عَلَى ظَهْرِ سَيْرٍ، وَيَجْمَعُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ

"Dahulu Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam menjama' shalat zhuhur dengan shalat 'ashar ketika keberadaan beliau sedang menempuh safar, beliau juga menjama' shalat maghrib dengan shalat 'isyâ'." Riwayat Al-Bukhârî (no. 1107).

Pelaksanaan jama' ketika safar ini adalah jama' qashar sebagaimana yang Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ terangkan di dalam Al-Qur'ãn:

وَإِذَا ضَرَبۡتُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ فَلَیۡسَ عَلَیۡكُمۡ جُنَاحٌ أَن تَقۡصُرُوا۟ مِنَ ٱلصَّلَوٰةِ 

"Jika kalian melakukan safar ke muka bumi, maka tidak mengapa bagi kalian mengqashar shalat." [Surat An-Nisâ': 101].

Perkataan Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ ini merupakan dalîl bahwa menjama' shalat dengan mengqasharnya merupakan kekhususan bagi orang-orang yang safar, berkata Al-Imâm Abul 'Abbâs Ahmad Al-Harrânî Rahmatullâh 'Alainâ wa 'Alaih:

وَالْقَصْرُ سَبَبُهُ السَّفَرُ خَاصَّةً، لَا يَجُوزُ فِي غَيرِ السَّفَرِ

"Mengqashar shalat sebabnya adalah safar secara khusus, tidak boleh mengqashar shalat pada yang selain safar." (Majmû'l Fatâwâ: 22/293).

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir pada hari Kamis tanggal 28 Jumâdal Úlâ 1441 / 23 Januari 2020 di Mutiara Gading Timur 2 Bekasi.

http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar