Halaman

Kamis, 16 Januari 2020

ADAB-ADAB BERTAMU


📱 Pertanyaan
Ustâdz saya sedang membutuhkan ilmu tentang bagaimana adab-adab yang baik dan benar dalam bertamu?

📲 Jawaban
Bertamu adalah termasuk dari salah satu jalan terjalinnya hubungan antara sesama, setiap orang tentu akan melakukannya, dengan demikian sangat perlu untuk mengetahui adab-adabnya. Dan di antara adab-adab bertamu adalah:

1. Memberitahukan terlebih dahulu perihal untuk bertamu sehingga penghuni rumah bersiap-siap menyambut.

Pada adab yang pertama ini bukanlah suatu keharusan, namun ini hanya cara baik yang banyak dilakukan di zaman ini, lebih-lebih adanya sarana pendukung berupa pemberian informasi melalui sms, telpon dan catting atau yang semisalnya, kalau zaman dahulu kebiasaan mereka langsung datang ke rumah orang yang dituju. 
Pemberian informasi seperti ini sebagai pengabaran untuk menjaga kemungkinan jangan sampai memberatkan atau menyusahkan orang yang dituju, karena Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam berkata:

ﻻَ ﻳَﺤِﻞُّ ﻟِﻤُﺴْﻠِﻢٍ ﺃَﻥْ ﻳُﻘِﻴْﻢَ ﻋِﻨْﺪَ ﺃَﺧِﻴْﻪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺆْﺛِﻤَﻪُ. ﻗَﺎﻟُﻮﺍ: ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﻳُﺆْﺛِﻤُﻪُ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﻳُﻘِﻴْﻢُ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻭَﻻَ ﺷَﻲْﺀَ ﻟَﻪُ ﻳَﻘْﺮِﻳﻪِ ﺑِﻪِ

“Tidak boleh bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya hingga dia menjadikan saudaranya berbuat dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana dia menjadikannya berbuat dosa?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, sedangkan saudaranya tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Dengan tidak adanya sesuatu yang disuguhkan atau tidak adanya kesiapan maka saudaranya tersebut kadang merasa sesak dadanya hingga menimbulkan berbagai sikap yang kurang bagus, pada akhirnya menyeretnya ke dalam perbuatan dosa.

2. Bertamu dengan niat yang baik.

Berkata Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam:

ﺯَﺍﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺃَﺧًﺎ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﻗَﺮْﻳَﺔٍ ﻟَﻪُ ﻓَﺄَﺭْﺻَﺪَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣَﻠَﻜًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺪْﺭَﺣَﺘِﻪِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﺃَﻳْﻦَ ﺗُﺮِﻳْﺪُ؟ ﻗَﺎﻝَ: ﺃَﺧًﺎ ﻟِﻲ ﻓِﻲ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻘَﺮْﻳَﺔِ. ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻫَﻞْ ﻟَﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻣِﻦْ ﻧِﻌْﻤَﺔٍ ﺗَﺮُﺑُّﻬَﺎ؟ ﻻَ ﻗَﺎﻝَ: ﺃُﺣِﺒُّﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ. ﻗَﺎﻝَ: ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻟَﻴْﻚَ، ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﺃَﺣَﺒَّﻚَ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘَﻪُ

“Seseorang berziarah kepada saudaranya pada suatu kampung, maka Allâh mengirim malaikat untuk mengawasi arah perjalanannya. Malaikat bertanya kepadanya: “Kemana tujuanmu? dia menjawab: “Ke saudaraku di kampung ini.” Malaikat berkata: “Apakah bagimu sesuatu dari suatu nikmat yang akan kamu suguhkan. Dia menjawab: “Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allâh”. Malaikat berkata: “Bahwasanya aku diutus oleh Allâh kepadamu. Sesungguhnya Allâh telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya.” Diriwayatkan oleh Al-Imâm Al-Bukhârî di dalam "Al-Adabul Mufrad". 

3. Mengucapkan salam dan meminta izin.

Berkata Allâh Ta'âlâ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian masuk ke rumah-rumah yang bukan rumah kalian sampai kalian meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuninya, demikian itu adalah lebih baik bagi kalian, supaya kalian memikirkan.” (An-Nûr: 27).

Disebutkan di dalam riwayat Abû Dâwud bahwa ada seseorang dari Banî 'Âmir meminta izin kepada Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, orang tersebut berkata: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan pembantunya:

ﺍﺧْﺮُﺝْ ﺇِﻟَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﻓَﻌَﻠِّﻤْﻪُ ﺍﻻﺳْﺘِﺌْﺬَﺍﻥَ، ﻓَﻘُﻞْ ﻟَﻪُ: ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺃَﺃَﺩْﺧُﻞُ؟

“Keluarlah kamu kepada orang ini lalu ajarkan tentang meminta izin, katakan kepadanya: Assalâmu 'alaikum, apakah saya masuk?.”

Dalam meminta izin ini hendaknya bagi yang bertamu memperhatikan beberapa perkara penting:

Pertama: Ketika meminta izin hendaknya dia berdiri di samping pintu, kalau pintunya tertutup dan dia memerlukan untuk mengetuk pintu maka dia ketuk lalu berdiri di samping pintu, ini bertujuan supaya di saat penghuni rumah membuka pintu maka pandangannya tidak langsung mengarah ke dalam rumah khawatir dia akan melihat sesuatu yang tidak boleh dilihat, dan inilah tujuan dari meminta izin sebagaimana yang dikatakan oleh Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam:

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺟُﻌِﻞَ ﺍْﻻﺳْﺘِﺌْﺬَﺍﻥُ ﻣِﻦْ ﺃَﺟْﻞِ ﺍﻟْﺒَﺼَﺮِ

“Sesungguhnya dijadikan izin itu karena mengantisipasi pandangan.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhârî dan Muslim.

Kedua: Ketika meminta izin atau mengetuk rumah namun tidak ada jawaban dari penghuni rumah maka diulangi sebanyak tiga kali, kalau masih juga tidak ada jawaban maka hendaklah kembali atau berpaling, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam berkata:

ﺍﻻﺳْﺘِﺌْﺬَﺍﻥُ ﺛَﻼَﺙٌ، ﻓَﺈِﻥْ ﺃُﺫِﻥَ ﻟَﻚَ ﻭَﺇِﻻَّ ﻓَﺎﺭْﺟِﻊْ

“Meminta izin ada tiga kali, jika diizinkan maka masuklah, jika tidak maka kembalilah.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhârî dan Muslim.

Ketiga: Memperkenalkan diri ketika ditanya oleh penghuni rumah.

Disebutkan di dalam suatu riwayat bahwa Jâbir bin 'Abdillâh Radhiyallâhu ‘Anhumâ datang menemui Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam karena suatu urusan, beliau berkata:

ﻓَﺪَﻗَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺒَﺎﺏَ، فَقَالَ: ﻣَﻦْ ﺫَﺍ؟

“Lalu aku mengetuk pintu.”
Maka Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam bertanya: “Siapa ini?" Aku menjawab: Aku. Sehingga beliau berkata: “Aku, aku”, seakan-akan beliau benci.”

Yang diinginkan oleh Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya namanya maka hendaklah dia menyebutkan namanya, sebagaimana pada kisah Jibrîl ketika naik ke langit bersama Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam, ditanya oleh penghuni langit:

مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، مَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ

“Siapa ini?” maka beliau jawab: “Ini Jibrîl”, ditanya lagi: “Siapa bersamamu?.” Beliau jawab: “Muhammad (Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam).”

4. Menyebutkan keperluan atau tujuan bertamu.

Sebagaimana yang Allâh Ta'âlâ sebutkan tentang tamu-tamu Ibrâhîm Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam:

قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُونَ * قَالُوا إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَىٰ قَوْمٍ مُجْرِمِينَ

“Ibrâhîm bertanya: Apa tujuan kalian wahai para urusan? Mereka menjawab: Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang pendosa.” [Az-Zâriyât : 32].

Pada kisah Ibrâhîm dan para utusan Allâh yang disebutkan pada ayat tersebut dan juga pada beberapa ayat sebelumnya itu tentang adab-adab bertamu, disebutkan dari awal kedatangan mereka dengan mengucapkan salâm hingga percakapan, perlakuan baik dan pemberian kabar gembira serta para tamu menyebutkan tujuan kedatangan mereka.

5. Berterima kasih kepada penghuni rumah dan mendoakan kebaikan kepadanya.

Sebaik-baik ucapan terima kasih kepada seseorang adalah perkataan:

جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا

“Semoga Allâh membalasmu dengan kebaikan.”
Nabî Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam berkata tentang orang yang mengucapannya:

فَقَدْ ﺃَﺑْﻠَﻎَ ﻓِﻲ ﺍلثَّنَاءِ

“Sungguh dia telah memenuhi dalam berterima kasih.”

Di antara doa yang diajarkan oleh Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam untuk kita doakan kepada penghuni rumah yang telah menerima dan memperlakukan kita dengan baik dalam bertamu adalah:

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺑَﺎﺭِﻙْ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻲْ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﺘَﻬُﻢْ ﻭَﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻭَﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻢْ

“Yâ Allâh berkahilah mereka pada apa-apa yang telah Engkau rezkikan kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Saddadahullâh wa Jammalah pada tanggal 20 Rabî'ul Akhir 1438 di Binagriya Pekalongan. 

⛵️ http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar