Pertanyaan:
Adakah hadîts yang menerangkan bahwa di akhir zaman nanti dunia akan kembali seperti dahulu yaitu teknologi akan musnah?
Jawaban:
Banyak dalîl yang menunjukkan bahwa zaman teknologi akan berubah, zaman modern akan kembali seperti zaman dahulu yang ditandai dengan musnahnya teknologi. Di antara dalîlnya adalah perkataan Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ الرُّومُ بِالأَعْمَاقِ أَوْ بِدَابِقَ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِمْ جَيْشٌ مِنَ الْمَدِينَةِ مِنْ خِيَارِ أَهْلِ الأَرْضِ يَوْمَئِذٍ، فَإِذَا تَصَافُّوا قَالَتِ الرُّومُ: خَلُّوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِينَ سَبَوْا مِنَّا نُقَاتِلْهُمْ. فَيَقُولُ الْمُسْلِمُونَ: لاَ وَاللَّهِ لاَ نُخَلِّي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ إِخْوَانِنَا. فَيُقَاتِلُونَهُمْ فَيَنْهَزِمُ ثُلُثٌ لاَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ أَبَدًا، وَيُقْتَلُ ثُلُثُهُمْ أَفْضَلُ الشُّهَدَاءِ عِنْدَ اللَّهِ، وَيَفْتَتِحُ الثُّلُثُ لاَ يُفْتَنُونَ أَبَدًا، فَيَفْتَتِحُونَ قُسْطُنْطِينِيَّةَ فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْغَنَائِمَ قَدْ عَلَّقُوا سُيُوفَهُمْ بِالزَّيْتُونِ إِذْ صَاحَ فِيهِمُ الشَّيْطَانُ: إِنَّ الْمَسِيحَ قَدْ خَلَفَكُمْ فِي أَهْلِيكُمْ. فَيَخْرُجُونَ وَذَلِكَ بَاطِلٌ، فَإِذَا جَاءُوا الشَّأْمَ خَرَجَ فَبَيْنَمَا هُمْ يُعِدُّونَ لِلْقِتَالِ يُسَوُّونَ الصُّفُوفَ إِذْ أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَأَمَّهُمْ، فَإِذَا رَآهُ عَدُوُّ اللَّهِ ذَابَ كَمَا يَذُوبُ الْمِلْحُ فِي الْمَاءِ فَلَوْ تَرَكَهُ لاَنْذَابَ حَتَّى يَهْلِكَ وَلَكِنْ يَقْتُلُهُ اللَّهُ بِيَدِهِ فَيُرِيهِمْ دَمَهُ فِي حَرْبَتِهِ
"Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga bangsa Romawi datang ke A'mâq dan Dâbiq, lalu pasukan dari Madînah datang menghadang mereka. Mereka termasuk penduduk bumi yang terbaik pada zamannya. Ketika mereka telah berbaris, bangsa Romawi berkata: “Biarkanlah antara kami dan orang yang tertawan dari kalangan kami sehingga kami dapat membunuh mereka.” Kemudian kaum Muslimîn berkata: “Demi Allâh, kami tidak akan membiarkan antara kalian dengan saudara-saudara kami (tawanan dari bangsa Romawi yang telah memeluk Islâm),” lalu kaum Muslimîn memerangi mereka. Yang sepertiga dari mereka menyerah dan tunduk kepada musuh, Allâh tidak menerima taubat mereka selamanya. Yang sepertiga dari mereka dibunuh, mereka adalah sebaik-baik syuhadâ di sisi Allâh. Dan yang sepertiga melakukan penaklukan, mereka tidak akan terkena fitnah untuk selamanya. Lalu mereka menaklukkan Konstantinopel. Tatkala mereka sedang membagikan harta rampasan perang, dan mereka telah menggantungkan pedang-pedang mereka di pohon zaitûn, tiba-tiba setan berteriak: "Sesungguhnnya Al-Masîh Ad-Dajjâl telah mendatangi keluarga kalian." Kemudian mereka keluar, ternyata itu adalah dusta. Setelah itu mereka menuju ke Syâm, ternyata Al-Masîh Dajjâl keluar. Tatkala mereka sedang mempersiapkan diri untuk perang, mereka meluruskan barisan, ternyata dikumandangkan adzân untuk shalat, tiba-tiba ‘Îsâ bin Maryam turun maka mereka memintanya untuk mengimami mereka. Apabila musuh Allâh (yakni Al-Masîh Ad-Dajjâl) melihat beliau maka dia akan meleleh sebagaimana garam larut di dalam air, kalaupun beliau membiarkannya tetap dia akan meleleh lalu binasa, akan tetapi Allâh menginginkan beliau membunuhnya dengann tangannya lalu memperlihatkan kepada mereka darahnya yang ada di belatinya." Riwayat Muslim (no. 7460).
Pada perkataannya:
قَدْ عَلَّقُوا سُيُوفَهُمْ بِالزَّيْتُونِ
"Mereka telah menggantungkan suyûf mereka di pohon zaitûn."
Penyebutan suyûf di sini bermakna pedang-pedang atau senjata-senjata zaman dahulu, bukan bermakna berbagai macam senapan, basoka, rudal anti tank atau senjata-senjata zaman teknologi. Karena sungguh pada zaman dahulu sudah terbiasa orang-orang yang berperang jika mereka beristirahat pada suatu perjalanan maka mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon, berkata Abû Wâqid Al-Laitsî Radhiyallâhu 'Anhu:
أنَّهُمْ خَرَجُوا عَنْ مَكَّةَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى حُنَيْنٍ، وَكَانَ لِلْكُفَّارِ سِدْرَةٌ يَعْكُفُونَ عِنْدَهَا وَيُعَلِّقُونَ بِهَا أَسْلِحَتَهُم
"Bahwasanya mereka keluar dari Makkah bersama Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam ke Hunain, ternyata orang-orang kâfir memiliki pohon Sidr, mereka beribadah di bawahnya dan mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon Sidr tersebut." Riwayat Ahmad (no. 21390) dan At-Tirmidzî (no. 2180).
Pada perkataannya:
إِذْ صَاحَ فِيهِمُ الشَّيْطَانُ: إِنَّ الْمَسِيحَ قَدْ خَلَفَكُمْ فِي أَهْلِيكُمْ، فَيَخْرُجُونَ وَذَلِكَ بَاطِلٌ
"Tiba-tiba setan berteriak:
"Sesungguhnnya Al-Masîh Ad-Dajjâl telah mendatangi keluarga kalian." Kemudian mereka keluar, ternyata itu adalah dusta."
Ini sebagai dalîl yang menunjukkan bahwa di zaman mereka sudah tidak ada lagi teknologi, tidak ada lagi telpon atau handphone maka mereka pergi langsung melihat ke tempat keluarga mereka. Kalau itu di zaman teknologi maka mereka tidak akan bersusah payah keluar atau pergi ke keluarga mereka, karena mereka bisa memanfaatkan alat komunikasi yang ada. Namun karena alat komunikasi telah musnah, merekapun pergi langsung melihat keluarga mereka, ternyata keluarga mereka aman-aman saja, merekapun kembali untuk meneruskan peperangan.
Pada perkataannya:
وَلَكِنْ يَقْتُلُهُ اللَّهُ بِيَدِهِ فَيُرِيهِمْ دَمَهُ فِي حَرْبَتِهِ
"Akan tetapi Allâh menginginkan beliau yang membunuhnya dengan sebab tangannya lalu memperlihatkan kepada mereka darahnya yang ada di harbah-nya." Riwayat Muslim (no. 7460).
Perkataannya: "harbah" adalah senjata zaman dahulu, yaitu:
آلةٌ قَصِيرَةٌ مِنَ الْحَدِيدِ مَحْدُودَةُ الرَّأَْسِ
"Suatu alat yang pendek, terbuat dari besi yang ditajamkan pada ujungnya."
Atas makna tersebut dapat dimaknakan pula bahwa harbah adalah belati, kunai atau pisau yang digunakan oleh ninja.
Pada zaman Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam dikenal suatu tombak dengan nama harbah, berkata 'Abdullâh bin 'Umar Radhiyallâhu 'Anhumâ:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُرْكَزُ لَهُ الْحَرْبَةُ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا
"Bahwasanya Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam dahulu ditancapkan tombak untuknya lalu beliau shalat menghadap kepadanya." Riwayat Al-Bukhârî (no. 498).
Selain harbah, dikenal pula dengan nama 'anazah yang maknanya juga tombak, berkata Al-Bukhârî Rahmatullâh 'Alainâ wa 'Alaih:
بَابُ حَمْلِ الْعَنَزَةِ أَوِ الْحَرْبَةِ بَيْنَ يَدَيِ الإِمَامِ يَوْمَ الْعِيدِ
"Bâb menancapkan 'anazah atau harbah (sebagai sutera) di depan imâm pada shalat 'Îd."
Oleh karena itu, jika ada dâ'î akhir zaman memaknakan harbah yang digunakan oleh 'Îsâ Al-Masîh dalam membunuh Dajjâl Al-Masîh dengan makna amunisi atau peluru maka sungguh makna darinya itu telah melenceng jauh.
Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada malam Jum'at tanggal 26 Dzulqa'dah 1441 / 17 Juli 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.
⛵ http://alkhidhir.com/hadist/teknologi-akan-musnah-dan-zaman-akan-kembali-seperti-zaman-dahulu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar