Berkata Abul Qâsim Muhammad Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:
أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ، وَالْمُقَفِّي، وَالْحَاشِرُ، وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ، وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ
"Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al-Muqaffî, Al-Hâsyir, Nabiuttaubah dan Nabiurrahmah." Riwayat Muslim (no. 6254).
Pada suatu riwayat:
وَأَنَا الْعَاقِبُ
"Aku adalah Al-'Âqib." Riwayat Al-Bukhârî (no. 3532) dan Muslim (no. 6252).
Pada suatu riwayat:
وَأَنَا الْمَاحِي
"Aku adalah Al-Mâhî." Riwayat Al-Bukhârî (no. 3532) dan Muslim (no. 6252).
Dari nama-nama beliau tersebut dapat kita jelaskan:
1) Muhammad Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, maknanya adalah orang yang dipuji karena memiliki akhlak mulia, di antara kemuliaan akhlaknya adalah menyayangi orang-orang yang bersamanya, berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
مُّحَمَّدࣱ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِینَ مَعَهُۥۤ أَشِدَّاۤءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَیۡنَهُمۡ
"Muhammad adalah Rasûlullâh, orang-orang yang bersamanya sangat tegas terhadap orang-orang kâfir dan saling menyayangi di antara mereka." [Surat Al-Fath: 29].
2) Ahmad Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, maknanya adalah orang yang paling banyak memuji dan menyanjung Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ, keberadaannya sebagai pembawa kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dari pengikut 'Îsâ bin Maryam 'Alaihish Shalâtu was Salâm:
وَإِذۡ قَالَ عِیسَى ٱبۡنُ مَرۡیَمَ یَـٰبَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ إِنِّی رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَیۡكُم مُّصَدِّقࣰا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولࣲ یَأۡتِی مِنۢ بَعۡدِی ٱسۡمُهُۥۤ أَحۡمَدُ
"Ketika 'Îsâ bin Maryam berkata: Wahai Banî Isrâîl, sesungguhnya aku adalah utusan Allâh kepada kalian dalam keadaan membenarkan terhadap kitâb Taurât dan sebagai pembawa berita gembira tentang seorang Rasûl yang datang setelahku yang namanya adalah Ahmad." [Surat Ash-Shaf: 6].
3) Al-Muqaffî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, maknanya adalah orang yang mengikuti jejak pendahulunya dari kalangan para Nabî dan Rasûl 'Alaihimush Shalâtu was Salâm, berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
ثُمَّ أَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡكَ أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَ ٰهِیمَ حَنِیفࣰا
"Kemudian Kami wahyukan kepadamu untuk kamu ikuti agama Ibrâhîm yang lurus." [Surat An-Nahl: 123].
4) Al-Hâsyir Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, maknanya adalah orang yang mengumpulkan manusia, beliau berkata:
وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي
"Aku adalah orang yang mengumpulkan manusia di bawah kedua kakiku." Riwayat Al-Bukhârî (no. 3532).
5) Nabiuttaubah Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, maknanya adalah orang yang Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ membukakan pintu taubat bagi penduduk bumi dengan sebab beliau, dan beliau telah memerintahkan mereka untuk bertaubat:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allâh, karena sesungguhnya aku bertaubat kepadanya dalam sehari sebanyak 100 kali." Riwayat Muslim (no. 7034).
6) Nabiurrahmah Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, maknanya adalah orang yang Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ mengutusnya sebagai rahmat bagi semesta alam, berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةࣰ لِّلۡعَـٰلَمِینَ
"Tidaklah Kami mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta." [Surat Al-Anbiyâ': 107].
7) Al-'Âqib Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, maknanya adalah orang yang tidak ada lagi Nabî setelahnya, beliau berkata:
وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ
"Aku adalah orang yang tidak ada lagi Nabî setelahnya." Riwayat Muslim (no. 6252).
Keberadaan beliau sebagai penutup dan akhir para Nabî dan Rasûl, berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَاۤ أَحَدࣲ مِّن رِّجَالِكُمۡ وَلَـٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِیِّـۧنَ
"Tidaklah keberadaan Muhammad itu sebagai ayah salah seorang di antara kalian, akan tetapi beliau adalah Rasûlullâh dan penutup para Nabî." [Surat Al-Ahzâb: 40].
8) Al-Mâhî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, maknanya adalah orang yang Allâh jadikan sebagai penghapus kekufuran, beliau berkata:
وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِي الْكُفْرَ
"Aku adalah Al-Mâhî yang Allâh akan menghapus kekufuran dengan sebabku." Riwayat Al-Bukhârî (no. 3532).
Selain nama-nama yang beliau telah menamai dirinya dengan nama-nama tersebut, Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ juga telah menamai beliau dengan nama Al-Mutawakkil dan Allâh menyebutkan sifat-sifatnya, berkata ‘Athâ bin Yasâr: Aku bertemu dengan 'Abdullâh bin ‘Amr Ibnul ‘Âsh Radhiyallâhu 'Anhumâ, lalu aku berkata kepadanya: “Beritahukanlah kepadaku tentang sifat Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam yang terdapat dalam kitâb Taurât.” Beliau berkata: “Baiklah, sesungguhnya sifat-sifat dalam taurât sama dengan sifat-sifatnya dalam Al-Qur'ãn:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، وَحِرْزًا لِلأُمِّيِّينَ، أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي سَمَّيْتُكَ الْمُتَوَكِّلَ، لَيْسَ بِفَظٍّ وَلاَ غَلِيظٍ وَلاَ سَخَّابٍ فِي الأَسْوَاقِ، وَلاَ يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ
“Wahai Nabî, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai Syâhid (orang yang menjadi saksi), Mubasysyir (orang yang membawa kabar gembira) dan Nadzîr (orang yang memberi peringatan), dan engkau adalah pelindung bagi orang-orang ‘Arab, kamu adalah hamba-Ku dan Rasûl-Ku, dan Aku menamaimu dengan Al-Mutawakkil (orang yang bertawakkal tinggi). Engkau bukan orang yang berperangai buruk, juga bukan berwatak keras, dan bukan orang yang banyak berbuat keributan di pasar.” Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam tidak membalas kejahatan dengan kejahatan serupa akan tetapi beliau mema’afkan dan memberi ampun." Riwayat Al-Bukhârî (no. 2125).
Dikutip dari kajian Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada pembacaan kitâb Al-Maqâlah (hadîts no. 9), malam Rabu tanggal 20 Ramadhân 1441 / 13 Mei 2020 di Maktabah Al-Khidhir Bekasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar