Halaman

Selasa, 04 Februari 2020

SULAIMÂN DI PALESTINA, SLEMAN DI INDONESIA


📱 Pertanyaan:
Apakah Ustâdz ada tanggapan tentang seseorang yang mengaku beragama Islâm yang dia menulis sejarah Islâm, kata dia candi Borobudur itu didirikan oleh Nabî Sulaimân, dan kota Sleman di Jogja itu diambil dari nama Nabî Sulaimân?

📲  Jawaban:
Tidak ada yang menulis sejarah seperti itu rusaknya kecuali dia adalah orang yang rusak akidahnya, bagaimana mungkin orang yang beragama Islâm dan berakidah yang benar akan menyandarkan kejelekan kepada para Nabî dan Rasûl? Karena candi Borobudur adalah salah satu dari syi'âr-syi'âr kesyirikan, siapa yang menyangka bahwa candi borobudur didirikan oleh seorang Nabî atau seorang Rasûl maka dia telah membuat-buat kedustaan yang sangat besar, Allâh Ta'âlâ berkata:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

"Sungguh benar-benar Kami telah mengutus seorang Rasûl pada tiap-tiap umat supaya mereka menyembah Allâh semata dan menjauhi Thâghut." [An-Nahl: 36].

Dengan demikian sangatlah jelas tentang keberadaan Nabiullâh Sulaimân 'Alaihish Shalâtu was Salâm bahwasanya beliau diutus ke muka bumi dengan tujuan untuk melenyapkan kesyirikan dan memusnahkan thaghut, ini terbukti dengan nyata dan jelas, ketika burung Hudhud menyampaikan berita tentang ratu di negeri Sabâ' yang sekarang adalah kota Ma'rib di Yaman:

وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ

"Aku mendapatinya dan kaumnya menyembah matahari, selain Allâh; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allâh, sehingga mereka tidak mendapat petunjuk." [An-Naml: 24].
Apakah dengan berita seperti itu Nabiullâh Sulaimân 'Alaihish Shalâtu was Salâm membiarkan? Bahkan beliau mengutus Hudhud untuk menyampaikan surat beliau berupa ajakan untuk mentauhidkan Allâh, yang pada akhirnya beliau memberikan ancaman:

فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ

"Maka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan kami benar-benar akan mengusir mereka dari negeri Saba dalam keadaan hina dan mereka adalah yang hina dina". [An-Naml: 37].

Dari apa yang disebutkan tersebut nampak kalau penulis sejarah yang sangat rusak itu telah mengada-adakan kedustaan yang sangat keterlaluan, dia ingin membuat dongeng atas nama sejarah, dia ingin memaksa-maksakan sesuai akalnya yang rusak bahwa Nabiullâh Sulaimân 'Alaihish Shalâtu was Salâm diutus berdakwah di Indonesia lalu mendirikan candi Borobudur.

Ini sama pula dengan selebaran yang sampai kepada kami dengan judul "Fakta Sejarah Islam Indonesia yang Dibelokkan oleh Belanda" yang menyebutkan dakwah Islâm sudah diperkenalkan di Indonesia oleh Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam melalui utusan para Shahabatnya, bahwasanya 'Alî bin Abî Thâlib pernah berdakwah di Jawa Barat di Garut dan Cirebon, Ja'far bin Abî Thâlib berdakwah di Jawa Tengah di Jepara, Ubaî bin Ka'b berdakwah di Sumatera Barat, 'Abdullâh bin Mas'ûd berdakwah di Aceh, 'Abdurrahmân bin Mu'âdz dan putera-puteranya berdakwah di Tapanuli Tengah di Barus, Salmân Al-Fârisî berdakwah di Aceh Timur di Perlak. Juga disebutkan bahwa raja di zaman Tabi'în 'Umar bin 'Abdil 'Azîz telah menginjakan kakinya di Palembang yang membuat raja Sriwijaya raja Srindra Varma masuk Islâm, kemudian saling surat menyurat. Sumber-sumber rujukan dari kutipan-kutipan tersebut tidaklah disebutkan dari rujukan Islâm atau perpustakaan Islâm yang terkenal namun dari rujukan dan perpustakaan tidak jelas, terkadang menyebutkan surat-surat tentang mereka disimpan di Museum Oxford di Inggris dan di Museum Granada di Spanyol.

Alhamdulillâh telah ada bimbingan dari Allâh Rabb semesta alam tentang bagaimana menyikapi berita-berita seperti itu, berkata Allâh Ta'âlâ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti oleh kalian supaya kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan sebenarnya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan kalian itu." [Al-Hujarât: 6].

Kalaulah benar para Shahabat pernah berdakwah ke Indonesia maka akan disebutkan di dalam sejarah Islâm dan juga akan ada riwayat-riwayat hadîts menyebutkannnya, sebagaimana banyak riwayat menyebutkan tentang para Shahabat yang keluar dakwah, ada yang keluar dakwah ke Yaman dan ada pula yang ke Bahrain. Dan juga akan disebutkan di dalam hadîts-hadîts bahwa Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam pernah mengutus mereka ke Indonesia, namun kenyataan yang ada tidak ada penyebutan seperti itu, yang ada hanyalah penyebutan seperti ini:

بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَا مُوسَى الأَشْعَرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى الْيَمَنِ

"Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam mengutus Abû Mûsâ Al-Asy'arî Radhiyallâhu 'Anhu ke Yaman."
Dan juga ada penyebutan pada riwayat-riwayat yang lain bahwasanya beliau pernah mengutus 'Alî bin Abî Thâlib ke Yaman, juga pada Khalîfah Abî Bakr Ash-Shiddîq disebutkan:

لَمَّا اسْتَخْلَفَ بَعَثَ أَنَسًا إِلَى الْبَحْرَينِ

"Tatkala beliau menjadi khalîfah maka beliau mengutus Anas ke Bahraian."

Tidak ada sama sekali satu riwayat hadîts pun yang shahîh maupun satu riwayat hadîts pun yang dha'îf menyebutkan bahwa Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam pernah mengutus para Shahabatnya untuk berdakwah ke Indonesia, dan tidak pula ada satu riwayat hadîts pun menyebutkan bahwa ada dari para Shahabat yang berdakwah di Indonesia.

Adapun yang berkaitan dengan surat menyurat di zaman Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam atau di zaman para Shahabat serta zaman para Tâbi'în maka tidak pula kita dapatkan ada kutipan atau copyan dari bentuk surat aslinya kecuali hanya bentuk periwayatan hadîts sebagaimana pada surat Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam yang dikirimkan ke Hiraklius raja Romawi, Shahabat yang mulia Abû Sufyân yang menyaksikan ketika surat Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam dibaca di hadapan Hiraklius, beliau pun meriwayatkan secara lafazh dari surat tersebut. Bila kemudian ada yang mengaku memiliki copyan surat-surat dari Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam atau surat-surat dari para Shahabatnya dan atau surat-surat dari para Tâbi'în maka tidaklah kita benarkan, karena sungguh betapa banyak di zaman ini para pendusta yang mengaku-ngaku membawa kebenaran dan mereka suka mengada-adakan berita, cukup bagi kita berpegang dengan perkataan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

"Cukuplah bagi seseorang sebagai pendusta ketika dia menceritakan terhadap setiap apa yang dia dengar." Diriwayatkan oleh Muslim dari Hafsh bin 'Âshim.

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada 1 Jumâdal Ãkhirah 1348 di Binagriya Pekalongan. 

⛵⛵⛵
http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar