Halaman

Sabtu, 25 Januari 2020

'ULAMÂ DI MALAYSIA DAN INDONESIA


📝 Pertanyaan:
'Afwân 'Ustâdz menyoal masalah Ahlu Ilmi, banyak ana dengar dari dâ'î-dâ'î lama bilangnya bahwa di Indonesia-Malaysia tidak ada para 'Ulamânya? Bukankah sudah banyak para dâ'î yang disyaikh-syaikhkan oleh 'Ulamâ?

📜 Jawaban:
Tidak benar kalau memutlakkan bahwa di Nusantara dan Malaysia belum ada para 'Ulamânya, kalau menurut ketentuan orang-orang yang menyimpulkan seperti itu maka itu menurut ketentuan mereka yang sesuai dengan pendapat mereka, namun kenyataan telah menunjukan bahwa di Nusantara maupun di Malaysia sudah banyak para Masyâyikh dan para 'Ulamâ, orang yang mengingkari kenyataan ini maka dia juga akan diingkari, karena sekarang ini sangat mudah bagi seseorang ingin supaya termasuk dari para Masyâyikh atau 'Ulamâ, cukup baginya mengikuti pendidikan formal di Universitas atau Sekolah Tinggi dengan mengambil jurusan berkaitan dengan agama Islam pada program S1 lalu melanjutkan S2 kemudian S3 maka tentu ada penilaian tentangnya, apalagi kalau dia bergabung dengan suatu kelompok dakwah atau suatu lembaga yang berlabel 'Ulamâ maka pasti dia akan dianggap termasuk dari 'Ulamâ, atau cukup bagi seorang Ustâdz mencari rekomendasi atau tazkiyyah ke kawannya yang sudah dianggap seperti itu atau ke orang yang dianggap sebagai syaikh maka dia akan mendapatkan dengan mudah gelar syaikh atau gelar 'âlim darinya.
Kenyataan seperti ini tidak bisa kemudian dipungkiri bahwa mereka bukan Masyâyikh dan bukan pula 'Ulamâ, dan Allâh Ta'âlâ telah menyebutkan di dalam Al-Qur'ãn tentang keberadaan Banî Isrâîl yang hidup di zaman Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam bahwasanya mereka memiliki 'Ulamâ, oleh karena itu ada perintah pada waktu tersebut untuk bertanya kepada mereka tentang kebenaran apa yang dibawa oleh Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Maka bertanyalah kalian kepada orang-orang berilmu jika kalian tidak mengetahui". [An-Nahl: 43].
Dan Allâh Ta'âlâ perjelas dalam ayat yang lain:

أَوَلَمْ يَكُن لَّهُمْ ءَايَةً أَن يَعْلَمَهُۥ عُلَمَٰٓؤُا۟ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ

"Apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para 'Ulamâ Banî Isrâîl mengetahuinya?!" [Asy-Syu'arâ': 197].
Yang menetapkan mereka sebagai para 'Ulamâ bukanlah pendapat manusia namun Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ yang menetapkan mereka sebagai 'Ulamâ.
Keberadaan 'Ulamâ seperti mereka itu banyak kita dapati pada umat ini, dan perlu kita ketahui bahwa 'Ulamâ kaum Muslimîn itu terbagi kepada tiga bagian sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-'Allâmah Ibnul 'Utsaimîn Rahimahullâh:

‏ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ ﺛَﻼَﺛَﺔُ ﺃَﻗْﺴَﺎﻡٍ: ﻋَﺎﻟِﻢُ مِلَّةٍ ﻭَﻋَﺎﻟِﻢُ ﺩَﻭْﻟَﺔٍ ﻭَﻋَﺎﻟِﻢُ ﺃُﻣَّﺔٍ

"'Ulamâ terbagi kepada tiga bagian: 'Âlim Millah, 'Âlim Daulah dan 'Âlim Ummah".
Setelah beliau menyebutkan tiga bagian tersebut beliau jelaskan bahwa 'Âlim Millah adalah orang yang menyebarkan agama Islâm dan dia memberi jawaban tentang agama Islâm dengan dasar ilmu, dia tidak perduli tentang apa yang telah ditunjukan oleh syarî'at, mencocoki hawa nafsu manusia ataukah tidak?
Adapun 'Âlim Daulah maka dia adalah orang yang melihat kepada apa yang diinginkan oleh negara, dia memberi jawaban pada apa yang diinginkan oleh negara, walaupun pada jawabannya itu ada pemalingan terhadap Kitabullâh dan Sunnah Rasûl-Nya Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam.
Dan adapun 'Âlim Ummah maka dia melihat kepada apa yang disenangi oleh manusia, jika manusia bertanya tentang sesuatu maka dia memberikan jawaban tentang apa yang mereka senangi, meskipun dia harus memalingkan dalîl-dalîl Al-Qur'ãn dan As-Sunnah supaya mencocoki hawa nafsu manusia.
Dengan adanya pembagian tersebut maka semakin jelaslah bahwa para 'Ulamâ banyak kita dapati di negara kita ini, dan kita memohon kepada Allâh sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-'Allâmah Ibnul 'Utsaimîn Rahimahullâh:

ﻧَﺴْﺄَﻝُ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﺃَﻥْ ﻳَﺠْﻌَﻠَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻋُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤِﻠَّﺔِ ﺍﻟْﻌَﺎﻣِﻠِﻴْﻦَ ﺑِﻬَﺎ

"Kita memohon kepada Allâh supaya Dia menjadikan kita termasuk dari 'Ulamâ Millah, yang beramal dengannya".

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada 20 Ramadhân 1438 di Bekasi. 

⛵ http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar