Halaman

Rabu, 29 Januari 2020

PELUANG BAGI PEGIAT UNTUK MEREALISASIKAN TAUBAT


📱 Pertanyaan:
'Afwân Ustâdz, orang yang pernah terjerumus ke dosa besar seperti freeseks dan homoseks, lalu ia jadi muballigh, ia sudah bertaubat dari perbuatan kejinya, apakah boleh baginya berdakwah atau tidak? Mohon jawabannya, terima kasih.

📲  Jawaban:
Berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:

فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Barangsiapa bertaubat setelah kezhalimannya dan dia melakukan perbaikan, maka sungguh Allâh menerima taubatnya, sesungguhnya Allâh adalah Ghafûr (Maha Pengampun) lagi Rahîm (Maha Penyayang)." [Al-Mâ'idah: 39].

Dengan demikian, kalau orang tersebut sudah bertaubat dan benar-benar melakukan perbaikan maka tidak ada lagi penghalang baginya untuk menyampaikan kebenaran dan berdakwah di jalan Allâh sesuai dengan kemampuannya, jika mampunya dia berdakwah dengan hartanya maka dia lakukan, bila dia mampunya berdakwah dengan ilmunya maka dia lakukan sehingga ilmunya tidak menghujatinya dan juga supaya dia tidak dilaknat, berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ * إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَٰئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia di dalam Al-Kitâb maka Allâh melaknat mereka dan orang-orang yang juga melaknat mereka. Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menerangkan kebenaran maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubat mereka dan Aku adalah At-Tawwâb (Maha Menerima taubat) lagi Ar-Rahîm (Maha Penyayang."
 [Al-Baqarah: 159-160].

Orang yang terjatuh ke dalam dosa terbesar seperti kesyirikan saja kalau sudah bertaubat dan melakukan perbaikan maka boleh untuk menyampaikan kebenaran dan berdakwah di jalan Allâh, lalu bagaimana dengan orang yang pernah melalukan dosa yang selain kesyirikan lalu bertaubat? Maka tentu lebih boleh lagi, berkata Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allâh maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar." [An-Nisa': 48].

Banyak dari para Shahabat sebelum mengenal Islâm mereka melakukan dosa kesyirikan, yang kesyirikan ini merupakan perbuatan zhâlim yang paling terbesar:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Sesungguhnya kesyirikan benar-benar perbuatan zhalim yang besar." [Luqmân: 13].
Namun ketika mereka masuk Islâm dan mereka melakukan perbaikan, mereka pun menjadi para pembawa Islâm, mereka mendakwahkan Islâm dan menyiarkannya ke berbagai negeri. 
Kalau kemudian ada seseorang melarang orang lain dari berdakwah karena alasan dahulunya pernah melakukan perbuatan keji, maka dia tidak memiliki wewenang akan hal itu, kecuali orang yang dia larang itu berada di bawah komandonya atau berada di markiznya yang dia sebagai penanggung jawabnya, namun kalau dia berdiri sendiri maka tidak berhak baginya melarangnya, karena yang berhak melarang pada perkara seperti itu adalah orang yang memiliki wewenang atau penguasa. 

Oleh karena itu, kita peringatkan kepada siapa yang melarang orang lain dari berbuat kebaikan seperti berdakwah ini, yang dia tidak memiliki wewenang atau wilayah akan pemberian larangan itusupaya dia bertakwa kepada Allâh Subhânahu wa Ta'âlâ, karena di balik pelarangannya dia menyebutkan alasannya, ketika dia menyebutkan alasannya maka dia membongkar aib orang lain yang telah tertutupi dan ikut menyebarkannya, padahal Allâh Ta'âlâ telah katakan:

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang merasa senang supaya tersebar kekejian di kalangan orang-orang beriman, maka mereka itu memperoleh siksaan yang pedih di dunia dan di akhirat.” [An-Nûr: 19]. 

Berkata Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam:

إِنَّ ﻣِﻦْ ﺃَﺭْﺑَﻰ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﻄَﺎﻟَﺔَ ﻓِﻲ ﻋِﺮْﺽِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣَﻖٍّ

"Sesungguhnya termasuk sebesar-besar ribâ adalah perluasan pembicaraan terhadap kehormatan seorang muslim dengan tanpa kebenaran." 

Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Hafizhahullâh wa Ra'âh pada tanggal 14 Jumâdal Âkhirah 1438 di Binagriya Pekalongan. 

⛵⛵⛵
http://t.me/majaalisalkhidhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar