🎙 Pertanyaan:
Adakah pengingkaran para Shahabat sepeninggal Nabî Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam tentang kebid'ahan?
🎙 Jawaban:
Telah ada pengingkaran para Shahabat terhadap kebid'ahan, di antara mereka adalah 'Abdullâh bin Mas'ûd dan Abû Mûsâ Al-Asy'arî Radhiyallâhu 'Anhumâ, ketika di masjid muncul beberapa kelompok yang mengadakan dzikir jamâ'ah, masing-masing kelompok ada pemandunya, setiap berdzikir menggunakan kerikil maka Abû Mûsâ Al-Asy'arî berkata kepada 'Abdullâh bin Mas'ûd Radhiyallâhu 'Anhumâ:
يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنِّي رَأَيْتُ فِي الْمَسْجِدِ آنِفًا أَمْرًا أَنْكَرْتُهُ وَلَمْ أَرَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ إِلَّا خَيْرًا
"Wahai Abû 'Abdirrahmân, sesungguhnya aku melihat di masjid baru saja tentang suatu perkara yang aku mengingkarinya. Dan aku Alhamdulillâh tidak berpendapat kecuali kebaikan."
Maka 'Abdullâh bin Mas'ûd berkata kepadanya:
أَفَلَا أَمَرْتَهُمْ أَنْ يَعُدُّوا سَيِّئَاتِهِمْ، وَضَمِنْتَ لَهُمْ أَنْ لَا يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِهِمْ
"Kenapa engkau tidak memerintahkan mereka supaya menghitung-hitung kejelekan mereka, dan aku memberi jaminan kepada mereka bahwa tidak akan sia-sia kebaikan mereka."
Ketika para pembuat kebid'ahan itu berkata kepada 'Abdullâh bin Mas'ûd Radhiyallâhu 'Anhu:
وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، مَا أَرَدْنَا إِلَّا الْخَيْرَ
"Demi Allâh wahai Abû 'Abdirrahmân, sesungguhnya kami tidak menginginkan kecuali kebaikan."
Maka 'Abdullâh bin Mas'ûd Radhiyallâhu 'Anhu berkata kepada mereka:
وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ
"Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan namun tidak memperolehnya." Riwayat Ad-Dârimî di dalam "Sunan"nya (no. 210).
Di antara Shahabat yang mengingkari kebid'ahan adalah 'Abdullâh bin 'Umar Radhiyallâhu 'Anhumâ, beliau mengingkari adzan pertama pada hari Jum'at, beliau berkata:
الْأَذَانُ الْأَوَّلُ يَومَ الْجُمُعَةِ بِدْعَةٌ
"Adzân yang pertama pada hari Jum'at adalah bid'ah." Riwayat Ibnu Abî Syaibah di dalam "Mushannaf"nya (no. 5479).
Di antara Shahabat yang juga mengingkari kebid'ahan adalah Thâriq bin Asyyam Radhiyallâhu 'Anhu, berkata puteranya Abû Mâlik Al-Asyja'î:
قُلْتُ لِأَبِي : يَا أَبَةِ، إِنَّكَ قَدْ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، هَاهُنَا بِالكُوفَةِ نَحْوًا مِنْ خَمْسِ سِنِينَ، أَكَانُوا يَقْنُتُونَ؟
"Aku berkata kepada ayahku: Wahai ayah, sesungguhnya engkau telah shalat di belakang Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam, Abû Bakr, 'Umar, 'Utsmân dan di belakang 'Alî bin Abî Thâlib di Kufah ini sekitar 5 tahun, apakah mereka dahulu qunût Shubuh?"
Thâriq bin Asyyam menjawab:
أَيْ بُنَيَّ مُحْدَثٌ؟
"Wahai puteraku, qunût Shubuh adalah bid'ah." Riwayat At-Tirmidzî (no. 405).
Dijawab oleh:
Al-Ustâdz Muhammad Al-Khidhir Ayyadahullâh pada kajian hari Ahad 25 Rabî'ul Akhir 1441 / 22 Desember 2019.
Dengarkan audionya di:
http://t.me/majaalisalkhidhir
http://t.me/majaalisalkhidhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar